Walau Dirujak Korut 0 – 6, Timnas Tetap Lolos Piala Dunia

4 days ago 9

Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]

“Tenang, walau kalah, tiket ke Piala Dunia U17 sudah di tangan.” Sebuah ungkapan untuk mengobati kekecewaan usai Timnas u17 dihancurkan oleh Korea Utara 0-6 di King Abdullah Sport City, Jedah, Arab Saudi dalam perempat final Piala Asia U17.

Mereka datang ke medan laga penuh ambisi. Ada jutaan doa mengiringi langkahnya. Siapa sangka, Evandra cs justru dihajar dengan jurus-jurus rahasia dari negeri yang konon hanya punya satu channel TV dan satu pemimpin yang tak bisa kalah, Korea Utara.

Dirujak, 0-6. Duh, sedih dan malunya sama tetangga sebelah. Sebuah angka yang cukup untuk membuat Pak RT melapor ke kelurahan karena suara jeritan tangis warga terlalu kencang.

Baru tujuh menit berlalu, penjaga gerbang bernama Dafa Setiawarman sudah dikejutkan oleh sepakan maut Song-hun Choe. Bola masuk begitu saja seperti utang yang tak sempat ditagih. Coach Nova Arianto, sang pelatih, tampak seperti pendekar yang kehilangan jurus pamungkas.

Ia hanya bisa berdiri, menatap rumput, berharap ada lubang untuk menyusup dan hilang sementara dari dunia fana.

Para pendekar Korut, yang dilatih Tang-song O, bertarung seperti siluman harimau kutub. Mereka mengurung pertahanan Indonesia seperti rentenir mengejar cicilan kredit.

Upaya balasan datang dari Evandra Floresta dan Fadly Alberto. Namun, bola mereka ibarat surat cinta yang ditolak, nyaris masuk, tapi dibuang penjaga gawang tanpa perasaan. Lalu datanglah Yu-jin Kim, sang kapten dari tim utara, yang menyempurnakan penderitaan lewat gol kedua.

Penonton banyak yang langsung mematikan TV dan memilih rebahan. Sebagian mulai mempertimbangkan belajar menjahit atau pura-pura sakit perut.

Belum sempat perasaan pulih dari babak pertama, menit ke-48, Kyong-bong Ri menambah luka. Gawang kita kembali dijebol seperti hati mantan yang diselingkuhi dua kali. Coach Nova, hanya bisa tertegun.

Lalu datanglah handball Putu Panji di menit 60, hadiah penalti pun diberikan oleh wasit dari Iran. Kim Tae-guk pun menyarangkan bola dengan tenang, seolah ia menyalakan rice cooker.

Semenit kemudian, gawang bocor lagi oleh Kang-rim Ri, membuat skor menjadi 0-5. Saat itu, kopi di rumah-rumah rakyat Indonesia yang tadinya pahit mulai terasa hambar. Bahkan Mpok Ati yang biasanya cerewet, kini diam seribu bahasa.

Menit ke-77, Pak Ju-won menutup drama ini dengan gol keenam. Penonton di rumah sudah tidak lagi duduk, mereka rebahan, memeluk guling, dan menatap langit-langit, mempertanyakan hidup. Laga berakhir dengan kekalahan paling menyakitkan abad ini, 0-6.

Walau kalah telak, tenang wak! Jangan bersedih. Tiket Piala Dunia sudah di tangan. Siap berlaga pada November 2025 di Qatar. Sebagai catatan, ini bukan kemenangan. Ini juga bukan kekalahan biasa.

Ini adalah lagu kesedihan yang dibalut komedi, opera sabun berdurasi 90 menit yang bikin penonton menangis, tapi nggak bisa marah, karena: “Ya sudahlah, yang penting lolos.”

Coach Nova harus menyusun jurus baru. Mungkin belajar dari padepokan silat Shin Tae-yong. Karena jika ini dibawa ke Piala Dunia, bisa jadi kita bukan hanya kalah, tapi berubah jadi meme internasional.

Namun rakyat Indonesia punya satu kekuatan, pemaaf. Hari ini kita marah, besok kita lupa, lusa kita beli jersey baru. Begitulah sepakbola kita, antara harapan dan kenyataan, dibumbui kopi, gorengan, dan luka yang tak kunjung sembuh.

“Siapa paling senang dengan kekalahan ini?” Pastilah kelompok yang ono. Iya, yang suka pakai handuk. Kita mah, tetap cinta Timnas walau kalah telak. Bravo bocil Garuda.

#camanewak

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |