Oleh : Rosadi Jamani [ Ketua Satupena Kalimantan Barat ]
TES DNA sempat heboh sebelum Pilpres 2024 lalu. Tes untuk membuktikan sebuah bani apakah benar keturuan Nabi.
Hebohnya minta ampun, geger dunia dibuatnya. Perlahan, cerita tes DNA ini meredup. Nah, sekarang muncul lagi dengan lagu berbeda. Skandal Ridwan Kamil vs Lisa Mariana kembali memunculkan nyanyian itu. Kembali kita ngopi lagi wak untuk mengetahui, apa sebenarnya Tes DNA ini.
Oh, DNA. Betapa molekul mungil berpilin ini kini menjelma menjadi pedang kebenaran dan neraka bagi mereka yang berniat mengelak. DNA, atau dalam bahasa yang lebih kerennya, “deoxyribonucleic acid” adalah struktur suci ciptaan Tuhan. Ia bersemayam dalam hampir setiap sel tubuh manusia, dari ujung rambut hingga isi ingusmu.
Ia bukan sekadar rangkaian basa nitrogen A, T, G, dan C saja. Ia adalah surat cinta Tuhan untuk menjelaskan, siapa kamu, anak siapa kamu, dan apakah kamu lebih mirip ibu atau bapakmu, atau malah tetangga sebelah.
Tes DNA bukan ramalan dukun apalagi pengakuan dosa lewat mimpi. Ini adalah ritual ilmiah berdasar logika paling tajam yang pernah diciptakan umat manusia. Prosedurnya dimulai dari pengambilan sampel yang bisa dari darah, air liur, rambut, bahkan usapan pipi.
Jangan remehkan usapan ini, walau lembut, ia membawa jutaan informasi genetik yang bisa menjungkirbalikkan silsilah keluarga.
Setelah itu, laboratorium mulai bekerja seperti penyihir dengan mikroskop. DNA diekstrak, diurai, dan dibaca seperti kitab suci genom. Mereka melihat penanda genetik, STR atau short tandem repeats, yang unik untuk tiap manusia, seperti sidik jari spiritual dari tiap anak cucu Adam.
Lisa Mariana, dalam kisah ini, adalah layaknya Joan of Arc genetika. Ia berdiri teguh dalam badai opini publik, menghadapi penyangkalan, cibiran, dan headline-clickbait seperti, “Ridwan Kamil Tidak Akui Anak Lisa” yang menampar otak dan hati nurani.
Tapi Lisa tidak gentar. Ia melawan bukan dengan air mata, melainkan dengan ilmu pengetahuan. “Tes DNA!” serunya, bagai prajurit menyerukan “Sparta!” di tengah medan laga.
Di seberangnya, Ridwan Kamil, sang tokoh publik yang sebelumnya dikenal lewat desain kota dan kutipan motivasional di Instagram, kini terjebak dalam pusaran heliks ganda yang mungkin lebih memusingkan dari anggaran APBD.
Ia menyangkal, membantah, mungkin menyangkal lagi, karena siapa yang tidak gemetar menghadapi makhluk mikroskopis bernama DNA yang bisa memporak-porandakan reputasi dan nasab?
Tes DNA bukan barang baru di Indonesia. Sudah sejak lama digunakan dalam berbagai kasus, dari forensik kejahatan, pengakuan anak, hingga insiden kelam seperti kasus incest di Purwokerto yang dibongkar oleh sepotong hasil lab yang lebih jujur dari 1000 saksi mata.
Bahkan di Bandung, oh, kota yang ironisnya pernah dipimpin Ridwan Kamil, tes DNA baru-baru ini digunakan untuk mengungkap pelaku pemerkosaan. DNA adalah saksi bisu yang tidak bisa disuap, tidak bisa dibohongi, dan tidak bisa diajak kompromi ala drama persidangan.
Kita semua masih ingat drama DNA Mario Teguh pada tahun 2016, ketika pria motivasional itu menyangkal anaknya, Ario Kiswinar. Kala itu, seperti cerita rakyat modern, satu tes DNA menghempaskan dinding pengingkaran.
Hasilnya, Kiswinar adalah anak kandung Mario Teguh. Netizen bersorak, media panen rating, dan kisah itu abadi sebagai pelajaran bahwa tak peduli seberapa sering seseorang mengatakan “Salam Super” DNA tetap lebih super.
Betapa mahalnya kebenaran! Di Indonesia, biaya tes DNA berkisar antara 5 juta hingga 10 juta rupiah untuk tes paternitas biasa. Jika kamu ingin melakukan tes prenatal atau analisis genetik yang lebih canggih, misalnya untuk mengecek risiko penyakit atau melihat apakah kamu keturunan vampir, maka biaya bisa melonjak hingga 15 juta rupiah.
Tapi bukankah itu harga yang pantas untuk menebus satu kebenaran hakiki?
Kisah Lisa dan Ridwan ini bukan sekadar skandal. Ini adalah opera genomik. Ini bukan hanya pertarungan dua manusia, tapi duel antara penolakan dan pembuktian saintifik.
Ini adalah bukti bahwa bahkan di zaman digital, ketika hoaks bisa menyebar lebih cepat dari virus, kita masih memiliki sesuatu yang tak tergoyahkan: urutan basa nitrogen yang disusun Tuhan dalam spiral abadi yang disebut DNA.
Kini kita menanti, akankah Ridwan Kamil tunduk pada kekuatan heliks ganda ini? Akankah Lisa membuktikan bahwa darah itu lebih jujur dari kata-kata? Atau akankah ini menjadi satu lagi kisah tanpa resolusi, di mana para ahli genetika hanya bisa mengelus gelas reaksi sambil berkata, “Seandainya mereka mau tes…”
Dunia menonton. Heliks berputar. Kebenaran menanti. DNA tidak pernah bohong. Dan dalam kisah ini, seperti dalam semua kisah epik, pahlawan sejati mungkin bukan manusia, melainkan molekul kecil yang tak terlihat oleh mata, namun tak terbantahkan oleh logika.
#camanewak