Jakarta,CNBCIndonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok 7% pada perdagangan hari ini, Selasa (18/3/2025). Akan tetapi pada penutupan IHSG berhasil memangkas koreksi menjadi 3,8%.
Satu di antara yang menjadi pemberat IHSG hari ini adalah sektor bahan baku dan utilitas.
Head of Natural Resources & Energy Mandiri Sekuritas Janeman Latul mengatakan bahwa hal tersebut tidak akan memengarui para pelaku usaha tambang. "Pemain-pemain metal ini tidak pernah mikir daily trading atau pricing naik turun. Pemain ini kalau taruh uang atau investasi lihatnya 15-20 tahun," katanya dalam CNBC Indonesia Mining Forum, Selasa (18/3/2025).
Sebagaimana diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah pada perdagangan hari ini, Selasa (18/3/2025).
HSG ditutup turun 3,84% ke level 6.223,39. Sebanyak 126 saham naik, 584 saham turun, dan 247 saham tidak bergerak. Nilai transaksi hari ini terbilang tinggi atau Rp 18,89 triliun yang melibatkan 28,07 miliar dalam 1,53 juta transaksi.
Seluruh sektor berada di zona merah pada perdagangan har ini. Terparah, yakni bahan baku yang anjlok 10,4%. Lalu diikuti oleh utilitas turun 10,02% dan properti-6,16%.
IHSG pada perdagangan hari inimerosot seiring dengan saham anjloknyasahamDCIIndonesia (DCII). DCIIturun hingga menyentuh auto reject bawah (ARB) dan menyumbang 38,22 indeks poin terhadap penurunan IHSG.
Lalu saham Prajogo Pangestu juga menjadi kontributor utama penurunan IHSG. Saham TPIAturun 18,42% dan berkontribusi 27,98 indeks poin terhadap IHSG. Begitu pula dengan BRENyang turun 11,79% dan berkontribusi 26,01 indeks poin.
Sementara itu, sejumlah analis membeberkan koreksi dalam IHSG ini terjadi karena derasnya aksi jual yang mencerminkan panic selling dari para investor. Sementara analis lainnya menyebut penyebab pasar saham lesu hingga siang ini adalah isu mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Meski demikian, analis sepakan penurunan dalam IHSG hari ini masih terikat dan ikut terseret dari penurunan peringkat pasar saham RI oleh Morgan Stanley dan Goldman Sachs beberapa waktu yang lalu. Penurunan peringkat ini mencerminkan kekhawatiran investor global terhadap prospek ekonomi dan valuasi pasar saham Indonesia.
Awal pekan lalu, bank Investasi dan pengelola aset global Goldman Sachs menurunkan peringkat dan rekomendasi atas aset keuangan di Indonesia. Penurunan ini terjadi karena perusahaan yang bermarkas di New York tersebut memperkirakan adanya peningkatan risiko fiskal atas sejumlah kebijakan dan inisiatif yang dipilih oleh Presiden Prabowo Subianto.
Goldman menurunkan peringkat saham RI dari overweight menjadi market weight. Lebih lanjut, Goldman juga menurunkan rekomendasi atas surat utang yang diterbitkan BUMN tenor 10 sampai 20 tahun menjadi netral. Sebelumnya, surat utang BUMN menjadi salh satu aset yang paling ramai diburu oleh manajer investasi global.
Penurunan peringkat ini memperparah aksi jual asing di bursa saham domestik. Tercatat asing membukukan aksi jual bersih Rp 849 miliar kemarin, Rp 3,12 triliun dalam sepekan, Rp13,7 triliun dalam sebulan, Rp 24 triliun sejak awal tahun, Rp 26,8 triliun dalam tiga bulan dan Rp 57,8 triliun dalam enam bulan terakhir.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: IHSG Ambruk 5% & BEI Berlakukan "Trading Halt"
Next Article Menguat! Potret Bursa Saham di Hari Pertama Prabowo-Gibran