Sebuah Teguran Picu Tragedi di Rengas Kapuas, Tamparan ke Pelaku, Dibalas Tusukan untuk Thomas

21 hours ago 3

FOTO : Kedua tersangka pengeroyokan yang diamankan petugas [ ist ]

redaksi – radarkalbar.com

KUBU RAYA – Di sebuah sudut sederhana di Jalan Pramuka, Dusun Jeruk, Desa Rengas Kapuas, Kecamatan Sungai Kakap, Kubu Raya, berdiri warung kopi kecil milik Thomas (38).

Tempat itu bukan hanya sumber nafkah, tapi juga ruang bersosialisasi bagi warga sekitar.

Tak ada yang menyangka, di sanalah Thomas hampir kehilangan nyawa ditusuk lima kali oleh empat orang yang datang bukan untuk ngopi, melainkan menghakimi.

Siang itu, Selasa 8 Juli 2025, jarum jam menunjukkan pukul 12.00. Matahari sedang tinggi-tingginya ketika amarah yang ditahan lama meledak menjadi kekerasan.

Thomas diserang secara brutal oleh empat pria. Dua di antaranya, ternyata ayah dan anak. Pisau menghunus perutnya empat kali.

Satu tusukan lagi menancap di kepalanya. Darah menggenang lantai warung. Hidupnya nyaris direnggut dalam hitungan detik.

Segalanya bermula dari keresahan yang nyaris tak terdengar. Sang istri, yang saban hari membantu di warung, beberapa kali merasa tidak nyaman.

Pasalnya, pandangan mata seorang pria muda yang kerap datang tapi bukan untuk ngopi.

Lantas, ia merasa risi dan melaporkan kepada suami yang bernama Thomas tersebut.

Mendapati itu, Thomas pun naik pitam. Harga diri dan kenyamanan keluarganya diinjak.

Maka ketika DC, pemuda berusia 25 tahun yang diduga pelaku pengintaian, kembali lewat, Thomas menegurnya.

Kata-kata tak cukup, dan tamparan pun mendarat di wajah DC. Satu tamparan itu ternyata menyulut rentetan kekerasan berikutnya.

Tak lama setelah peristiwa itu, DC kembali kali ini tidak sendiri. Ia membawa ayahnya, AI (51), dan dua orang lain.

Mereka bukan datang untuk berdamai. Mereka datang membawa niat buruk.

Menurut keterangan polisi, keempat orang itu langsung menyerang Thomas begitu tiba di warung.

Pisau terhunus. Tidak ada adu mulut. Tidak ada kompromi. Hanya amarah dan tubuh Thomas yang jadi sasaran.

Ketika warga akhirnya berdatangan dan mencoba melerai, Thomas sudah tergeletak bersimbah darah.

Ia langsung dilarikan ke RS Antonius, Pontianak. Sampai hari ini, ia masih menjalani perawatan intensif. Nyawanya selamat, tapi bekas luka dan trauma akan tinggal lama.

Tak lama berselang, DC dan ayahnya berhasil diamankan polisi beberapa jam setelah kejadian. Namun dua pelaku lainnya masih buron.

“Kami tidak akan berhenti sampai dua pelaku lainnya menyerahkan diri atau kami tangkap,” tegas Aiptu Ade Surdiansyah, Kasubsi Penmas Polres Kubu Raya.

Bagi keluarga Thomas, keadilan belum selesai. Istrinya berharap seluruh pelaku bertanggung jawab di hadapan hukum.

“Dia cuma mau lindungi saya. Tapi lihat apa yang dia dapat,” ucap sang istri dengan suara pelan.

Masyarakat Dusun Jeruk mendadak waspada. Warung kopi yang biasa menjadi tempat bercengkerama, kini menyimpan jejak darah dan ketakutan.

Bukan hanya tentang satu kejadian, tapi tentang bagaimana rasa tidak aman bisa tumbuh diam-diam dan meledak.

Thomas masih terbaring. Luka-lukanya belum kering. Tapi ia tahu, peristiwa ini bukan hanya tentang dirinya.

Ini tentang setiap orang yang merasa terancam. Namun tidak tahu harus mulai dari mana. [ red ].

Editor : Andika

Publisher : admin radarkalbar.com

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |