Nura Husna Sahila, Hafizah 30 Juz, Usia 18 Bisa Pergi Haji

4 days ago 7

FOTO : ilustrasi foto Nura Husna Sahila [ ist ]

SAYA sudah mengenalkan Levina Istiazah, jamaah haji termuda asal Solo. Sekarang, giliran jamaah dari daerah sendiri, Kota Pontianak.

Usianya juga baru 18 tahun, bahkan lebih muda sedikit dari Levina. Hebatnya, gadis belia ini sudah hafiz 30 juz Alquran. Sambil menikmati roti cane di Nona Albiryani Pontianak, mari kita kenalan dengan hafizah yang saat ini sedang terbang menuju tanah suci.

Mekkah, di sana, di tengah debur takbir dan lautan manusia yang mengeja rindunya pada Tuhan, akan segera mendarat sepasang kaki mungil dari Pontianak, Kalbar. Namanya, Nura Husna Sahila.

Usianya baru 18 tahun. Tapi siapa bilang umur adalah ukuran kedewasaan? Kita yang konon sudah “dewasa” ini masih sibuk mengejar diskon skincare dan promo cicilan motor. Nura? Ia mengejar Tuhan.

Lahir di Pontianak, 8 Agustus 2006. Sejak kecil, hidupnya seperti ditulis dengan tinta yang lebih puitis dari puisi Chairil Anwar dan lebih dramatik dari drama Korea. Ayahnya, Ustaz Sarijan, telah wafat di bulan suci Ramadhan, 23 Maret 2025. Tapi jauh sebelum itu, di tahun 2012, sang ayah sudah mendaftar haji.

Saat itu Nura bahkan belum bisa membedakan antara huruf ‘tha’ dan ‘dzha’. Kini, Nura-lah yang menggantikan beliau memenuhi undangan suci itu. Sebab ya, Baitullah itu bukan seperti konser Coldplay, tidak bisa dibeli dengan duit atau akal-akalan calo. Harus diundang.

Tentu saja ini bukan kisah sinetron religi dengan soundtrack mendayu-dayu. Ini kisah yang lebih gila dari semua plot twist sinetron. Seorang gadis muda, hafizhah 30 juz Quran, akan menginjakkan kaki di tanah di mana ayat-ayat yang dia hafal itu pertama kali diturunkan. Dia tidak sendirian. Sang ibunda, Marsuni, turut mendampinginya. Kloter 26 Embarkasi Batam, jadwal berangkat 30 Mei.

Jangan salah sangka. Nura bukan seleb TikTok. Ia tak pernah viral. Ia bukan motivator palsu yang bicara tentang “healing” sambil merekam diri di Bali. Ia hadir dalam keheningan. Dalam zikir. Dalam hafalan yang tak dipamerkan tapi dipertanggungjawabkan. Belajar di Pondok Pesantren Safinatun Huda, Jombang, lalu bergabung dengan Ikapete (Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng), di bawah asuhan H.M. Junaidi Ali.

Sekarang? Diterima sebagai mahasiswi di IIQ Jakarta, jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Tafsir, wak! Bukan cuma baca, tapi membedah, merenung, dan menghidupkan wahyu dalam laku.

Seolah hidupnya belum cukup spektakuler, usai pulang haji, Nura dijadwalkan tampil di MTQ Provinsi Kalbar. 30 juz cabang putri. Diutus oleh Kayong Utara, daerah yang bahkan sebelumnya tak punya wakil. Tapi untuk Nura, semua orang rela jadi tuan rumah. Kalau bisa, biarlah seluruh provinsi mengklaimnya sebagai duta iman. Sebab siapa tak ingin diwakili oleh makhluk semulia itu?

Mari kita hadapi kenyataan pahit. Waktu tunggu haji reguler di Indonesia kini berkisar 20–47 tahun. Di Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Aceh, bahkan bisa lebih dari 40 tahun. Sementara di Papua dan Maluku Utara, “hanya” 10–15 tahun. Mayoritas yang antre adalah mereka yang berusia 40–59 tahun. Sementara kita? Masih berdalih, “Nanti aja kalau udah pensiun.” Padahal Allah tak pernah menjamin umur.

Nura menampar kita, tapi dengan kelembutan. Ia mengingatkan, bahwa haji bukan soal tua atau muda, kaya atau miskin. Tapi soal kesiapan hati dan kemauan untuk menjawab panggilan. Kita, yang mengaku umat Muhammad, sering kali lebih siap menghadapi midnight sale dari panggilan azan. Lebih hafal jadwal bioskop dari rukun Islam kelima.

Lalu apa alasan ente belum juga menabung rindu ke Baitullah? Sementara gadis 18 tahun dari Pontianak sudah melampaui kita semua, dalam iman, pengorbanan, dan keberanian menjawab panggilan langit.

#camanewak

Oleh : Rosadi Jamani
[ Ketua Satupena Kalbar ]

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |