Nelangsa, Nasib Batu Bara Diombang-Ambing China

2 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara tampak menurun selama lima hari beruntun dan mendekati level US$100/ton. Hal ini terjadi di tengah penurunan pembangkit listrik tenaga batu bara di China.

Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara pada 17 Maret 2025 tercatat sebesar US$102,55/ton atau turun 3,35% apabila dibandingkan penutupan perdagangan 14 Maret 2025 yang sebesar US$106,1/ton.

Pelemahan ini berbanding terbalik dengan dua pekan lalu di mana harga batu bara terus merangkak naik dari US$ 99 kembali ke US$ 107, 5 per ton.

Dilansir dari oilprice.com, pembangkit listrik tenaga termal di China, yang sebagian besar terdiri dari pembangkit listrik tenaga batu bara, turun 5,8% pada Januari dan Februari dibandingkan periode yang sama tahun 2024, menurut data resmi yang dirilis pada Senin.

Pembangkit listrik tenaga termal turun menjadi 1,02 triliun kilowatt-jam (kWh) pada Januari dan Februari. China menggabungkan data untuk dua bulan ini dalam laporan ekonomi guna meratakan efek Tahun Baru Imlek, yang jatuh pada salah satu dari dua bulan tersebut setiap tahun.

Penurunan pembangkitan listrik tenaga termal diimbangi oleh peningkatan produksi tenaga air, yang merupakan sumber listrik terbesar kedua di China.

Produksi tenaga air meningkat 4,5% secara tahunan menjadi 146,1 miliar kWh, menurut data dari Biro Statistik Nasional China yang dikutip oleh Reuters.

Tahun lalu, pembangkitan listrik tenaga termal di China naik 1,5% dibandingkan 2023, meskipun terjadi lonjakan dalam pemasangan kapasitas energi terbarukan dan pemulihan tenaga air setelah kekeringan pada 2023.

Batu bara masih menjadi sumber energi utama di China meskipun ada lonjakan dalam penggunaan energi terbarukan dengan rekor penambahan kapasitas tenaga surya dan angin.

Tahun lalu, pertumbuhan pembangkitan listrik tenaga termal adalah yang paling lemah dalam hampir satu dekade, kecuali selama tahun-tahun pandemi (2020-2022) ketika China menerapkan lockdown.

Pertumbuhan berkelanjutan dalam permintaan batu bara di China, termasuk untuk pembangkitan listrik, menunjukkan bahwa batu bara tetap menjadi sumber daya utama (baseload) dalam sistem tenaga China untuk menopang lonjakan energi terbarukan dan akan tetap demikian selama bertahun-tahun, seiring dengan meningkatnya permintaan listrik akibat elektrifikasi rumah tangga dan transportasi.

Energi terbarukan telah mulai menggantikan sebagian kecil dari pembangkitan listrik tenaga batu bara, tetapi selama gelombang panas yang berkepanjangan dan puncak permintaan musim dingin, batu bara masih menjadi andalan untuk menjaga penerangan serta sistem pemanas dan pendingin tetap berfungsi di China.

Meningkatnya jumlah kelas menengah di perkotaan turut mendorong konsumsi listrik, begitu pula sektor industri, meskipun dalam laju yang lebih lambat akibat pertumbuhan ekonomi China yang melemah dalam beberapa bulan terakhir.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |