Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia mengalami perkembangan digital yang pesat. Namun, di balik itu semua ada ancaman serangan siber atau cyberattack yang menjadi mengancam data serta keamanan dunia digital.
Sepanjang sejarah dunia, serangan siber mampu merugikan dalam aspek ekonomi perusahaan bahkan negara. Misalnya, Virus Melissa mengakibatkan kerugian sebesar $1,1 miliar di seluruh dunia.
Pengertian Cyberattack Beserta Jenisnya
Menurut Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), cyberattack atau serangan siber adalah serangan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan siber dengan menggunakan satu atau lebih komputer terhadap satu atau beberapa komputer atau jaringan. Hal ini menjadi perhatian serius bagi individu, perusahaan, dan pemerintah. Indonesia tidak terlepas dari berbagai serangan siber.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat sebanyak 3,64 miliar serangan siber di Indonesia sepanjang Januari hingga Juli 2025.
Berdasarkan Komdigi, serangan siber dibagi dalam beberapa jenis, yakni:
- Phising: penipuan online yang berusaha untuk mendapatkan informasi pribadi seperti kata sandi dan nomor kartu kredit.
- Serangan ransomware: serangan yang mengenkripsi data dan mengharuskan korban membayar tebusan untuk mendapatkan akses kembali.
- Malware: perangkat lunak berbahaya yang dapat merusak sistem dan mencuri data.
- Serangan DDoS (Distributed Denial of Service): serangan terhadap server atau jaringan dengan membanjiri lalu lintas, membuatnya tidak tersedia untuk pengguna yang sah.
- Serangan Man in the Middle (MITM): mencegat (intercept) komunikasi antara dua pihak yang sah dan mencuri informasi yang sedang ditransmisikan.
- Serangan Zero-Day: serangan yang mengeksploitasi kerentanan perangkat lunak yang belum ditemukan atau dilaporkan kepada pengembang. Serangan ini dapat sangat merusak karena tidak ada pembaruan keamanan yang tersedia.
- Serangan terhadap Identitas: mencuri informasi pribadi seseorang, seperti nomor kartu kredit atau data identifikasi, dan menggunakannya untuk tujuan ilegal.
- Serangan terhadap aplikasi web: mengeksploitasi aplikasi web untuk mencuri data pengguna atau mendapatkan akses ke server.
- Serangan terhadap pemerintah dan infrastruktur kritis: upaya untuk meretas sistem pemerintah atau infrastruktur penting seperti sistem kelistrikan atau air.
- Serangan terhadap bisnis: serangan yang menargetkan perusahaan untuk melakukan termasuk pencurian data pelanggan dan kerugian finansial.
Serangan siber juga menghampiri dunia, bahkan dengan skala yang besar. CNBC Indonesia telah merangkum serangan siber paling besar dalam sejarah dunia, antara lain:
Cacing Morris (1988)
Morris Worm adalah serangan siber massal pertama yang pernah tercatat. Ditulis oleh Robert Tappan Morris, seorang akademisi pascasarjana saat itu, worm ini menginfeksi komputer dengan cepat di seluruh jaringan dan menginfeksi sekitar 6.000 komputer. Kerugian yang diakibatkan oleh worm ini diperkirakan berkisar antara US$10 juta hingga US$100 juta, sehingga menimbulkan kekhawatiran tambahan tentang sistem yang rentan di jaringan.
Anak Mafia (2000)
Salah satu peretas Kanada berusia 15 tahun ini, MafiaBoy, pada 2000 melancarkan serangan DDoS terhadap situs web populer seperti Amazon, CNN, eBay, dan Yahoo!. Serangan tersebut mengakibatkan kerugian sekitar US$1,7 miliar.
Serangan ini menunjukkan betapa mudahnya, bahkan bagi peretas pemula, untuk membuat gangguan signifikan pada jaringan internet internasional.
Jonathan James dan Departemen Pertahanan AS (1999)
Jonathan James, seorang peretas komputer pada usia 15 tahun, menyusup ke komputer Departemen Pertahanan AS dan mencuri data sensitif, termasuk perangkat lunak NASA senilai US$1,7 juta. Pelanggaran tersebut mengakibatkan kerugian sebesarUS $41.000 dan menunjukkan bahwa bahkan jaringan pemerintah yang paling aman pun dapat dibobol.
Google China (2009)
Server Google diretas pada 2009 untuk mengakses surel pada aktivis HAM China. Peretasan tersebut diyakini dilakukan oleh pemerintah China dan membuat Google harus memindahkan servernya ke Hong Kong pada 2010.
Virus Melissa (2009)
Mengakibatkan kerugian sebesar US$1,1 miliar di seluruh dunia. Lebih lanjut, kebocoran data, seperti ketika Albert Gonzalez meretas jutaan nomor kartu kredit pada 2009, merupakan bagian dari salah satu penipuan kartu kredit terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah.
Stuxnet (2010)
Cacing Stuxnet adalah senjata siber canggih yang menyerang fasilitas pengayaan nuklir Iran. Cacing ini membongkar hampir 1.000 sentrifus nuklir, memperlambat ambisi nuklir Iran. Cacing ini diyakini secara luas sebagai upaya gabungan Amerika dan Israel, dan merupakan serangan siber pertama yang menyebabkan kerusakan fisik.
Departemen Keuangan AS (2024)
Jaringan Departemen Keuangan AS diserang pada bulan Desember 2024 oleh penyerang China yang disponsori negara, yang menembus desktop karyawan dan data sensitif. Insiden ini dinilai sebagai peristiwa tingkat tinggi, yang menggambarkan tingkat ancaman penyadapan siber yang disponsori negara dan dampaknya terhadap keamanan nasional.
Peretasan Kripto Korea Utara (2025)
Pencuri siber Korea Utara meretas bursa mata uang kripto dan mencuri mata uang digital senilai US$1,5 miliar dalam serangan siber terbesar yang pernah tercatat pada tahun 2025. Peretasan ini menggambarkan semakin pentingnya menjaga aset digital seiring maraknya serangan dari kejahatan siber yang didanai besar-besaran dan sangat canggih.
(ras/ras)

6 hours ago
2

















































