8 hours ago
3
Jakarta, CNBC Indonesia- Parade militer di Beijing pada awal September 2025 mempertemukan tokoh besar dunia: Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. R
ibuan pasukan, rudal hipersonik, drone bawah laut, hingga robot tempur dipamerkan di Lapangan Tiananmen. Momentum ini digelar untuk memperingati 80 tahun kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, sekaligus mengirim pesan politik ke dunia internasional.
Xi dalam pidatonya menegaskan bahwa umat manusia kini menghadapi pilihan penting antara perdamaian atau perang. Kehadiran Putin dan Kim memperkuat simbol kedekatan strategis tiga negara yang kerap berseberangan dengan Barat, sementara India tampil di panggung sebagai kekuatan baru Asia Selatan.
Di balik atraksi militer tersebut, terdapat fakta soal alokasi anggaran pertahanan.
Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), belanja militer global pada 2024 menembus US$2.718 miliar, rekor tertinggi sepanjang sejarah. Lonjakan ini didorong perang Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, serta kompetisi kekuatan di Asia.
China mencatat pengeluaran sekitar US$314 miliar, menegaskan posisinya sebagai pemain utama dalam modernisasi alutsista. Rusia menghabiskan US$149 miliar, dengan porsi 7,1% dari PDB. India berada di level US$86,1 miliar, memperlihatkan konsistensi dalam memperkuat postur pertahanannya.
Korea Utara tidak memiliki data resmi yang transparan. Namun, estimasi SIPRI menunjukkan sekitar 16% dari anggaran nasional pada 2022 diarahkan ke sektor pertahanan. Proporsi ini menunjukkan fokus besar rezim Kim terhadap militer, meski nilai absolutnya tidak terpublikasikan.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)
