- Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam, IHSG melemah sementara rupiah menguat
- Wall Street pesta pora setelah aksi jual besar-besaran pekan lalu
- Data PDB, laporan keuangan dan ekonomi AS serta China akan menjadi penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Kemeriahan pesta pasar saham kini mulai redup usai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas, sementara rupiah kini berbanding terbalik mulai menunjukkan performa penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kejatuhan saham-saham konglomerat menjadi penyebab amblesnya IHSG.
Akan tetapi dalam pekan ini masih dihiasi oleh sentimen rilis kinerja keuangan hingga beberapa data penting terutama dari dalam negeri, mulai dari pertumbuhan ekonomi, cadangan devisa hingga penjualan ritel. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman empat.
IHSG pada perdagangan kemarin, Senin (4/8/2025), IHSG ditutup melemah 0,97% di level 7.464,64. Pelemahan ini terjadi di hari kedua awal perdagangan bulan Agustus usai IHSG ditutup sumringah pada awal bulan.
Sebanyak 347 saham naik, 332 turun, dan 277 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 15,38 triliun yang melibatkan 28,27 miliar saham dalam 2,02 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun menciut jadi Rp 13.405 triliun. Asing mencatat net sell sebesar Rp 1,02 triliun.
Mengutip Refinitiv, sektor bahan baku dan utilitas turun dalam, yakni masing-masing 4,71% dan 4,14%. Hal ini seiring dengan saham-saham konglomerat yang mengalami koreksi setelah melaju kencang pada bulan lalu.
Emiten terafiliasi Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) turun 14,75% ke level 7.225 dan menjadi pemberat atau laggard utama IHSG dengan kontribusi -36,81 indeks poin. Mengikuti jejak AMMN, nyaris seluruh emiten Prajogo Pangestu masuk daftar 10 saham pemberat utama.
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang turun 7,69% menyumbang -20,85 indeks poin. Lalu PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) berkontribusi -7,88 indeks poin, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) -6,83 indeks poin, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) -4,32 indeks poin, PTRO -1,72 indeks poin. Pada bulan lalu saham-saham Prajogo tersebut bergantian menjadi penggerak utama IHSG.
Adapun koreksi IHSG pada perdagangan kemarin seiring dengan langkah investor mengambil keuntungan setelah indeks naik tinggi pada bulan lalu. Sebagaimana diketahui, sepanjang Juli 2025, IHSG naik lebih dari 5% secara bulanan.
Anggota Dewan Komisioner OJK pengawas pasar modal Inarno Djajadi mengungkapkan bursa saham domestik mencatatkan rekor kapitalisasi pasar tertinggi sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Nilai kapitalisasi pasar pada bulan Juli 2025 menyentuh rekor tertinggi (all time high) selama tiga hari berturut-turut. Puncaknya pada 29 Kuli 2026, dengan nilai sebesar Rp 13.700 triliun," terang Inarno dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK, Senin (4/8/2025).
Lebih lanjut, dirinya mengungkapkan bersamaan dengan rekor kapitalisasi pasar, likuiditas transaksi di bursa ikut meningkat.
"Rata-rata nilai transaksi saham pada Juli 2025 mencapai Rp 13,42 triliun (ytd), naik dari akhir Juni 2025 dengan nilai Rp 13,29 triliun dan sudah lebih baik ari rata2 nilai transaksi 2024 senilai Rp 12,85 triliun," jelas Inarno.
Inarno menyampaikan per 31 Juli 2025, IHSG membukukan kinerja positif dan berada di level 7.484 mengalami penguatan 5,71% dalam sebulan dengan seluruh sektor perdagangan membukukan kinerja positif.
Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Senin (4/8/2025) ditutup menguat 0,61% di level Rp16.385/US$1. Penguatan tersebut menjadi penguatan harian terbesar sejak 24 Juni 2025.
Penguatan rupiah pada perdagangan kemarin, Senin (4/8/2025) didorong oleh melemahnya indeks dolar AS pada perdagangan kemarin dan juga pada Jumat (1/8/2025) pekan lalu, di mana DXY tercatat ditutup turun tajam sebesar 0,83% ke level 99,14 setelah sempat menembus level psikologis 100,25. Penurunan ini dipicu oleh rilis data ketenagakerjaan AS yang mengecewakan.
Hal ini terjadi seiring dengan laporan Departemen Tenaga Kerja AS (BLS) yang hanya menambahkan 73.000 pekerjaan baru di sektor non pertanian pada Juli 2025, jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 110.000.
Lebih parahnya lagi, BLS turut merevisi laporannya untuk periode Mei dan Juni yang masing masing turun menjadi 19.000 dan 14.000, dari sebelumnya sebesar 144.000 dan 147.000.
Hal ini langsung direspon negatif oleh para pelaku pasar, yang menyebabkan turunnya indeks dolar AS dalam waktu singkat.
Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Senin (4/8/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun menguat 0,27% di level 6,513%.
Sebagai informasi, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).
Pages