Jakarta, CNBC Indonesia - Raja aplikasi transportasi online, Uber, pernah beradu nasib di pasar Tanah Air. Namun, Uber akhirnya 'menyerah' dan hengkang dari pasar Asia Tenggara pada 2018 silam, dengan menjual operasionalnya ke Grab.
Sejak saat itu, Uber fokus menggarap bisnis di pasar intinya. Uber juga terus berinovasi dengan perkembangan tren, termasuk menjalin kemitraan dengan perusahaan otomotif untuk mengimplementasikan taksi otomatis tanpa sopir (robotaxi) di Amerika Serikat (AS).
Kendati bisnisnya moncer dan masih relevan di pasar global, bukan berarti Uber tak mengalami tantangan dan hambatan. Pada pekan ini, Uber melaporkan pihaknya gagal memenuhi ekspektasi laba operasi.
Uber memperkiraan laba yang suram untuk kuartal liburan tahun ini, meskipun mencatat permintaan yang kuat untuk perjalanan dan pengiriman makanan yang didorong popularitas program keanggotaan (membership).
Raksasa asal San Francisco tersebut mengatakan lemahnya pertumbuhan laba dikarenakan masalah legal dan regulasi yang tak diungkap lebih lanjut. Sahamnya turun 8% pasca pengumuman tersebut, namun sepanjang tahun ini saham Uber sejatinya tumbuh 60%, dikutip dari Reuters, Kamis (6/11/2025).
Para investor telah mengamati profitabilitas Uber dengan saksama seiring transisinya dari startup yang berkembang pesat dan mengguncang industri taksi sejak diluncurkan pada tahun 2009, menjadi perusahaan yang lebih matang dan berfokus pada pertumbuhan berkelanjutan.
Pada Selasa (4/11), Uber menyatakan akan mengganti metrik EBITDA yang disesuaikan dengan laba yang disesuaikan mulai dari proyeksi kuartal pertama.
CEO Dara Khosrowshahi mengatakan program keanggotaan 'Uber One' mendorong pelanggan untuk memesan lebih banyak layanan antar makanan dan bahan makanan karena perusahaan melampaui ekspektasi pendapatan kuartalan dan pemesanan kotor.
Segmen pengiriman mencatat kenaikan penjualan sebesar 29% pada kuartal Juli-September, melampaui kenaikan pendapatan mobilitas sebesar 20% dan pertumbuhan yang stagnan di divisi pengiriman barang.
Pelanggan yang menggunakan lebih dari satu layanan Uber memiliki tingkat retention 35% lebih tinggi dan pengeluaran 3x lebih banyak ketimbang pelanggan lain, kata Khosrowshahi.
Uber melaporkan pemasukan operasional sebesar US$1,11 miliar, di bawah estimasi awal sebesar US$1,61 miliar, menurut data Visible Alpha. Prediksi laba untuk kuartal berjalan disesuaikan antara US$2,41-2,51 miliar atau di bawah ekspektasi US$2,48 miliar, menurut data yang dikumpulkan dari LSEG.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Upload Foto Makanan Ternyata Bisa Dapat Uang Lewat Aplikasi Ini

3 hours ago
1

















































