Harga Batu Bara Cetak Rekor Tapi Banyak Kabar Buruk Buat RI

4 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terbang dan mencapai posisi terkuat bulan ini.

Merujuk Refinitiv, harga batu bara ditutup di posisi US$ 108,5 per ton atau terbang 0,69% kemarin. Penguatan ini membawa batu bara ke rekor harga tertingginya sepanjang bulan ini.

Kenaikan harga batu bara ditopang kabar baik dari China.

Harga batu bara termal domestik di China terus naik pada pasar pelabuhan dan di lokasi tambang selama pekan yang berakhir 24 Oktober.

Kenaikan ini didorong oleh pasokan yang ketat, antara lain karena inspeksi keselamatan yang diperketat dan produksi yang melambat.

Meskipun masih dalam tren naik, kecenderungan (bias) pasar mulai bergeser menuju stabilisasi. Artinya kenaikan mungkin tak seagresif sebelumnya, dan pasar mulai mencari keseimbangan baru.

Pada bulan musim dingin akan datang, kemungkinan permintaan dari sektor utilitas masih kuat, dan cuaca yang tak menentu turut menopang harga.

Namun, meskipun produksi melambat, ada dorongan untuk peningkatan produksi dari tambang domestic. Peralihan ke energi terbarukan dan stok yang mulai menumpuk bisa menahan laju kenaikan harga.

Karena pasokan domestik China yang mulai stabil dan permintaan mungkin tak lagi tumbuh dengan agresif, pasar ekspor batu bara termal menghadapi dilemma ketidakpastian. Volume impor mungkin tidak terus melonjak seperti dulu.

Sebaliknya, pasar batu bara kokas di China menunjukkan optimisme yang meningkat karena pasokan yang semakin ketat.

Produsen kokas dan pelaku industri baja tampaknya dapat menerapkan kenaikan harga putaran kedua untuk kokas sebagai respons atas tingkat pasokan yang sempit.

Indeks-harga untuk kokas (met coke) di China dilaporkan naik. Indeks CCI untuk Shanxi Quasi Grade I met coke tercatat CNY 1340/ton (ex-plant, dengan PPN), naik sebesar CNY 50/ton dibanding minggu sebelumnya.

Dengan pasokan yang ketat, perusahaan kokas memiliki leverage yang lebih besar untuk menegosiasikan harga lebih tinggi. Hal ini bisa meningkatkan margin bagi produsen kokas domestik di China.

Untuk industri baja, kenaikan harga kokas berarti biaya produksi akan naik, yang bisa menekan margin jika tidak diimbangi dengan kenaikan harga baja atau efisiensi yang lebih tinggi.

Dari perspektif global (termasuk Indonesia sebagai eksportir/penyuplai bahan baku seperti batu bara kokas), kondisi ini menunjukkan bahwa permintaan untuk kokas di pasar China bisa tetap kuat sementara pasokan tetap terbatas, sehingga bisa membuka peluang ekspor atau keuntungan bagi penyedia bahan baku.

Namun, perlu diwaspadai bahwa sisi permintaan bisa melemah jika sektor baja China mengalami penurunan produksi atau jika kebijakan pemerintah memperketat kapasitas yang akan memperlemah momentum optimisme ini.

Sementara itu, Daqin Railway, jalur kereta api utama di China yang mengangkut batu bara dari wilayah barat menuju pelabuhan timur, telah menyelesaikan pemeliharaan musim gugurnya lebih cepat dari jadwal.

Banyak Kabar Buruk ntuk Indonesia

Jalur Daqin Railway adalah tulang punggung angkutan batu bara dari kawasan tambang di barat China ke pelabuhan di timur, sehingga kelancaran operasinya sangat penting untuk memasok pembangkit listrik serta ekspor/transfer batu bara.

Dengan pemeliharaan diselesaikan lebih cepat, kemungkinan gangguan pasokan dari jalur ini berkurang, yang berarti risiko bottleneck angkutan dapat menurun. Hal ini bisa memberikan tekanan menahan kenaikan harga batu bara domestik sedikit lebih rendah dari yang mungkin terjadi jika jaringan terganggu.

Dari perspektif Indonesia atau negara importir, jika China memiliki kapasitas pengangkutan batu bara yang lebih lancar, maka permintaan impor China bisa sedikit dilonggarkan karena pasokan domestik bisa lebih efektif. Ini bisa berdampak ke arah stabilisasi harga batu bara termal secara global.

Terlebih, pasar impor batu bara termal via laut (seaborne) untuk negara China menunjukkan tanda-tanda mereda, dengan penurunan tender dari utilitas karena kenaikan harga domestik melambat.

Dari Korea dilaporkan, negara tersebut telah memangkas tajam impor batu bara dari Rusia dan beralih ke pasokan dari Kolombia karena harga yang lebih rendah serta tidak adanya risiko terkait sanksi.

Menurut laporan The Moscow Times, ekspor batu bara Rusia ke Korea Selatan selama September turun 14% dibandingkan Agustus, menjadi total 2,7 juta ton.

"Struktur permintaan mulai berubah pada musim gugur," tulis media tersebut.

Produsen batu bara Rusia, yang sempat memimpin pasar Korea pada musim panas dengan ekspor mencapai 3,76 juta ton, kini menghadapi pesaing baru dari Kolombia.

Pemasok Kolombia sering menawarkan kesepakatan yang lebih menarik, seperti menanggung sebagian biaya pengiriman atau memberikan diskon untuk memperkuat posisi mereka, sementara ketiadaan sanksi memberi mereka keunggulan tambahan."

Penurunan tersebut menjadi semakin nyata pada pertengahan Oktober. Pada minggu pertama Oktober, Kolombia hampir menggandakan pengiriman batu baranya menjadi 1,3 juta ton, di mana 310.000 ton di antaranya dikirim ke Seoul.

Dari 1 hingga 20 Oktober, Rusia hanya memasok 1,1 juta ton batu bara ke Korea Selatan, menandakan penurunan lebih lanjut menjelang akhir bulan.

Saat ini Rusia menghadapi persaingan ketat dari Australia dan Indonesia, dua pemain utama dalam pasar energi Korea Selatan.

Pada September, Australia meningkatkan ekspor batu baranya ke Seoul sebesar 39,2% menjadi 3,64 juta ton, sementara Indonesia justru menurunkan pengirimannya sebesar 20,5% menjadi 2,86 juta ton.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |