Efek "Drill Baby Drill" Trump Sudah Terasa, Ini Buktinya

4 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Seruan Presiden RI Amerika Serikat (AS) untuk 'mengebor' sektor minyak dan gas bumi (migas) secara masif atau 'drill baby drill' mulai terasa. Salah satunya adalah turunnya harga minyak mentah dunia.

Memang, kebijakan pengeboran migas AS mulanya ditujukan untuk menekan harga bahan bakar minyak (BBM) di Negeri Paman Sam tersebut. Namun, dampaknya kian terasa hingga saat ini yang mana harga minyak mentah dunia terus melesu.

Tercatat, harga minyak Brent kontrak Juni ditutup di US$ 66,92 per barel, sedikit turun dari posisi sehari sebelumnya di US$ 66,26. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup di US$ 63,80 per barel, menguat tipis dari US$ 63,08 pada hari sebelumnya. Namun, secara keseluruhan, harga minyak masih tertekan jika dibandingkan level pekan lalu yang sempat mendekati US$ 68.

Direktur Keuangan dan Investasi Pertamina Hulu Energi Dannif Danusaputro mengungkapkan sejatinya Indonesia masih perlu meningkatkan produksi khususnya minyak mentah.

Peningkatan produksi minyak dalam negeri dilakukan untuk meningkatkan ketahanan energi dalam negeri. Hal itu, bahkan sebelum seruan Trump untuk mengebor minyak lebih masif.

"Ya, kami sebagai Pertamina, Pertamina Hulu Energi tepatnya, memang tugasnya adalah untuk meningkatkan produksi, untuk bisa men-secure energy security seperti program pemerintah. Jadi, sebetulnya program drill baby drill dari Presiden Donald Trump tidak berpengaruh langsung terhadap kami," ujarnya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (22/4/2025).

Bukan berarti tidak berpengaruh sama sekali, Dannif menyebutkan bahwa ada pengaruh tidak langsung berupa peningkatan suplai minyak mentah dunia yang membuat harga minyak terus tertekan.

"Karena memang itu salah satu tujuan dari Presiden Amerika Serikat untuk menurunkan energy cost. Nah, ini yang buat kami akan ber-impact karena ini adalah sumber revenue kita," imbuhnya.

Dengan begitu, pihaknya akan terus mempertahankan produksi minyak saat ini dengan tetap memperhatikan investasi pengembangan usaha.

Asal tahu saja, AS diketahui memproduksi minyak lebih dari 13,4 juta barel per hari pada Oktober 2024, atau sekitar 17% lebih tinggi daripada saat Trump mengakhiri masa jabatan pertamanya pada Januari 2021, menurut Badan Informasi Energi AS. Itu menandai produksi minyak mentah domestik bulanan tertinggi sejak 1920.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurus Pertamina Hulu Energi di Era "Drill, Baby, Drill" Trump

Next Article Harga BBM di 2025 Bakal Turun? Begini Prediksinya

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |