Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China makin meruncing. Ini membuat pemerintah Indonesia semakin berhati-hati dalam mengambil sikap.
Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono mengatakan, ketegangan yang terjadi di antara dua mitra dagang utama Indonesia itu tak akan membuat pemerintah memilih salah satu negara untuk didukung, melainkan akan tetap menjaga hubungan perdagangan dan investasi yang erat di antara keduanya.
"Semakin terlihat jelas bahwa perang tarif terutama terjadi antara Amerika Serikat dan Tiongkok," kata Thomas dalam acara The HSBC Summit 2025, Selasa (22/4/2025).
"Indonesia sebagai negara ekonomi berkembang yang besar memiliki hubungan perdagangan dan investasi yang erat dengan kedua negara tersebut," tegasnya.
Thomas mengatakan, dalam lima tahun terakhir, China dan Amerika serikat sama-sama masuk ke dalam daftar lima besar negara investor di Indonesia. Namun, keduanya memiliki prioritas investasi yang berbeda satu sama lain.
China, kata Thomas investasi dan perdagangannya lebih terfokus pada sektor mineral dan energi, sementara itu, AS lebih fokus pada sektor farmasi dan barang-barang konsumsi. Hal ini lah yang menurutnya membuat pemerintah akan tetap menjaga hubungan diplomatik antara kedua negara dengan kapasitas ekonomi terbesar di dunia itu.
"Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah Indonesia untuk terus menjaga hubungan baik dengan kedua negara tersebut sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi meskipun terjadi gejolak akibat perang tarif," ucap Thomas.
Sebagaimana diketahui, perkembangan konflik dagang antara China dan AS memasuki babak baru. Masing-masing negara besar itu meminta negara-negara mitranya untuk mendukung langkah yang mereka tempuh.
Misalnya, Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyerukan agar China dan Indonesia bersatu menolak segala bentuk unilateralisme dan proteksionisme perdagangan, serta memperkuat kerja sama ekonomi kawasan.
Hal ini diungkapkannya dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Indonesia yang digelar di Beijing, usai melakukan pertemuan pertama 2+2 Indonesia-China yang mempertemukan Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan dari kedua negara, Senin (21/4/225).
"Penyalahgunaan tarif akan sangat merusak pertukaran ekonomi dan perdagangan normal antarnegara," tegas Wang Yi, di tengah perang dagang terbaru yang dikobarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, sebagaimana dilansir AFP.
Selain itu, China me-warning negara-negara agar tidak mencapai kesepakatan ekonomi yang lebih luas ke AS dengan mengorbankan negaranya sendiri. Pernyataan terbaru Beijing ke Washington ini meningkatkan retorika dalam perang dagang yang meningkat antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Sementara itu, Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat (AS) telah sepakat untuk segera membahas secara intensif proses negosiasi tarif dan menyiapkan kerangka kerja sama, dan menargetkan untuk menyelesaikan prosesnya dalam jangka waktu 60 hari ke depan.
(arj/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: China Minta RI Lawan Unilatelarisme & Proteksionisme
Next Article Wamenkeu Sebut Tax Ratio RI Bisa Capai 12,2% Tanpa Belanja Perpajakan