- Pasar keuangan Indonesia berakhir beragam, IHSG ditutup menguat tetapi rupiah dan obligasi justru tertekan.
- Wall Street berbeda arah karena aksi profit taking investor
- Sentimen pasar hari ini masih akan dipengaruhi oleh efek penurunan suku bunga BI hingga menanti laporan transaksi berjalan kuartal II-2025.
Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia ditutup bervariasi pada perdagangan kemarin, Selasa (19/8/2025) seiring pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat namun nilai tukar rupiah harus kembali melemah bersamaan dengan Surat Berharga Negara (SBN) yang sedang di jual investor.
Pasar keuangan domestik hari ini, Rabu (20/8/2025) masih akan bergerak volatile bagi IHSG, rupiah, maupun SBN. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (15/8/2025) ditutup menguat 1,03% ke level 7.943,82.
Nilai transaksi IHSG pada Rabu (20/8/2025), mencapai Rp20,19 triliun dengan melibatkan 41,02 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 2,32 juta kali. Sebanyak 428 saham menguat, 230 melemah, dan 148 saham tidak bergerak.
Dari sisi investor asing, terpantau masih melakukan net buy sebesar Rp766,5 miliar di seluruh pasar.
Hampir seluruh sektor ditutup di zona hijau dengan sektor finansial memimpin penguatan sebesar 1,35%, kemudian diikuti sektor konsumen non siklikal dengan penguatan 1,13% serta sektor properti yang turut menguat 1,11%.
Melihat dari sisi emiten, dua saham perbankan menjadi penopang terbesar dalam kenaikan IHSG, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) bobot 18,13 indeks poin, diikuti oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 13,13 indeks poin. Kemudian, diikuti oleh PT Barito Pasific Tbk (BRPT) perusahaan milik konglomerat Prajogo Pangestu ini berkontribusi 7,45 indeks poin pada penguatan IHSG kemarin.
Di sis lain, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menjadi emiten yang menahan laju penguatan IHSG sebesar 3,43 indeks poin, yang diikuti oleh PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) sebesar 2,49 indeks poin.
Beralih ke pasar mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (20/8/2025) ditutup melemah 0,18% di posisi Rp16.265/US$. Hal ini sekaligus menandai pelemahan rupiah selama tiga hari beruntun.
Pelemahan rupiah kemarin, terjadi seiring seiring dengan keputusan Bank Indonesia yang kembali memangkas suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 bps menjadi 5,00%. Suku bunga Deposit Facility juga turun menjadi sebesar 4,25% dan suku bunga Lending Facility turun menjadi 5,75%.
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan kebijakan ini konsisten dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi pada tahun 2025 dan 2026, serta terjaganya nilai tukar dan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dengan kapasitas BI.
Ia pun memastikan BI masih terus memastikan ruang penurunan suku bunga acuan atau BI Rate ke depannya.
"BI akan terus mencermati sejalan dengan rendahnya perkiraan inflasi dengan mempertahankan stabilitas nilai tukar," tegas Perry dalam paparan hasil rapat RDG BI, Rabu (20/8/2025).
BI sebelumnya memutuskan untuk menurunkan suku bunga pada periode Juli lalu juga dalam upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta sejalan dengan rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5% plus minus 1%, dan terjaganya nilai tukar rupiah.
Adapun dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil SBN yang bertenor 10 tahun terpantau naik 0,64% menjadi 6,431%. Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield naik berarti harga obligasi turun, hal ini bahwa investor tampak melakukan aksi jual.
Pages