Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden AS Donald Trump akhirnya turun gunung dan meninjau langsung kerusakan di wilayah Texas akibat banjir bandang pada 4 Juli 2025 lalu.
Sebanyak 120 orang tewas dalam insiden tersebut. Selain itu, ratusan orang dilaporkan hilang dan banyak rumah yang rusak.
Trump berangkat pada Jumat (11/7) waktu setempat, menuju wilayah Texas bagian tengah yang terdampak musibah mengenaskan tersebut.
Kunjungan Trump terjadi saat banyak pihak yang menyoroti respons pemerintah terhadap banjir bandang yang membawa maut tersebut. Pemerintah AS dinilai hanya fokus pada proses penyelamatan pasca bencana, tetapi kurang mumpuni dalam melakukan mitigasi dampak risiko bencana.
Ribuan petugas tanggap darurat telah menyisir puing-puing berlumpur yang berserakan di sebagian Texas Hill Country setelah bencana tersebut, tetapi belum ada korban selamat yang ditemukan sejak banjir terjadi.
Banjir bandang dipicu oleh hujan deras yang mengakibatkan luapan air deras di Sungai Guadalupe menjelang dinihari, bertepatan dengan libur Hari Kemerdekaan AS. Ini adalah bencana paling mematikan sejak Trump memimpin AS selama 6 bulan terakhir.
"Ini hal yang mengerikan," kata Trump kepada para wartawan saat meninggalkan Gedung Putih pada Jumat (11/7) waktu setempat, dikutip dari Reuters, Sabtu (12/7/2025).
Trump diperkirakan akan berbicara dengan anggota keluarga korban dan petugas tanggap darurat saat ia tiba di wilayah Texas tengah-selatan yang dilanda banjir, menurut seorang pejabat Gedung Putih.
Ia juga akan mendengarkan pengarahan dari pejabat setempat dan Kerr County yang menajdi pusat kerusakan. Wilayah ini terletak di area yang dikenal sebagai "lorong banjir bandang", sebab telah mengalami beberapa banjir paling mematikan di AS.
Hujan lebih dari satu kaki turun dalam waktu kurang dari satu jam pada tanggal Jumat (4/7) lalu. Pengukur banjir menunjukkan tinggi sungai naik dari sekitar satu kaki menjadi 34 kaki dalam hitungan jam, mengalir deras di tepiannya dan menyapu pepohonan serta bangunan yang dilewatinya.
Pejabat Kerr County mengatakan lebih dari 160 orang masih hilang, meskipun para ahli mengatakan jumlah orang hilang akibat bencana sering kali dilebih-lebihkan.
Korban tewas termasuk setidaknya 36 anak-anak. Banyak di antaranya adalah peserta perkemahan di Camp Mystic.
Para pejabat lokal dan federal telah menghadapi pengawasan ketat atas tanggapan mereka, termasuk pertanyaan tentang apakah mereka dapat berbuat lebih banyak untuk memperingatkan masyarakat tentang meningkatnya banjir.
Pemerintah daerah menolak memasang sistem peringatan dini bertahun-tahun yang lalu setelah gagal mendapatkan dana negara untuk menutupi biayanya. Dalam sebuah wawancara di acara "Meet the Press" NBC pada Kamis (10/7) menjelang kunjungannya, Trump tampaknya mendukung inisiatif baru untuk memasang alarm semacam itu.
"Setelah menyaksikan peristiwa mengerikan ini, saya membayangkan Anda akan membunyikan alarm dalam bentuk apa pun," kata Trump.
Badan legislatif negara bagian Texas akan menggelar sidang sesi khusus akhir bulan ini untuk menyelidiki banjir dan menyediakan dana bantuan bencana.
Petinggi Senat AS dari Partai Demokrat, Chuck Schumer, pada awal pekan ini meminta pengawas pemerintah untuk menyelidiki apakah pemotongan anggaran di Badan Cuaca Nasional (NWS) memengaruhi respons badan prakiraan cuaca tersebut.
Pemerintahan Trump mengatakan bahwa NWS memiliki staf yang memadai dan merespons dengan baik saat bencana alam melanda wilayah AS.
Dalam wawancara bersama NBC, Trump menggambarkan banjir tersebut sebagai "peristiwa sekali dalam 200 tahun."
Kendati demikian, Trump mengabaikan pertanyaan tentang rencananya untuk mengecilkan atau menghapus Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA).
FEMA adalah lembaga yang mengoordinasikan upaya tanggap bencana pemerintah AS, dan menugaskan kembali banyak fungsi utamanya kepada pemerintah negara bagian dan lokal.
"Saya beri tahu di lain waktu," kata Trump saat ditanya oleh media terkait nasib FEMA.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Banjir Dahsyat Hantam Argentina, 16 Orang Tewas-Messi Buka Suara