Resesi Seks Bikin Pening, Trump Keluarkan Bonus Bayi Rp83,9 Juta

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintahan Presiden Donald Trump akan mengeluarkan program 'bonus bayi' dengan memberikan uang sebesar US$5.000 atau sekitar Rp83,9 juta kepada para wanita agar memiliki lebih banyak anak.

Saat ini, angka kelahiran tahunan di Amerika telah mendekati rekor terendah sehingga efek resesi seks membuat pening Trump. Laporan The New York Times pekan ini menyebut para pakar kebijakan dan pendukung peningkatan angka kelahiran telah bertemu dengan para pembantu Gedung Putih untuk menyampaikan usulan tmeningkatkan angka kelahiran AS.

Salah satu idenya adalah memberikan uang tunai sebesar US$5.000 kepada setiap wanita setelah mereka melahirkan.

"Kedengarannya seperti ide yang bagus bagi saya," kata Trump di sebuah acara di Gedung Putih ketika ditanya tentang kemungkinan bonus bayi federal pada Selasa (22/4/2025), seperti dikutip CBS News.

Juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan ini merupakan salah satu program Trump untuk membuat Amerika lebih baik lagi. "Presiden ingin Amerika menjadi negara tempat semua anak dapat tumbuh dengan aman dan mencapai impian Amerika," katanya.

Amerika Serikat merupakan salah satu dari banyak negara ekonomi besar yang menghadapi penurunan populasi dengan lebih banyak kematian daripada kelahiran, sehingga jumlah orang usia kerja yang lebih sedikit untuk mendukung kelompok pensiunan yang lebih besar.

Tingkat kesuburan Amerika kini diproyeksikan mencapai rata-rata 1,6 kelahiran per wanita selama tiga dekade mendatang, menurut perkiraan terbaru Congressional Budget Office yang dirilis pada tahun 2025. Angka ini jauh di bawah tingkat 2,1 kelahiran yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi yang stabil tanpa imigrasi.

Pemerintahan Trump telah berbicara tentang masalah ini beberapa kali, dengan Wakil Presiden JD Vance mengatakan pada tanggal 24 Januari, bahwa ia menginginkan "lebih banyak bayi" lahir di AS.

Trump telah menandatangani perintah eksekutif yang memperluas akses ke fertilisasi in vitro bagi warga Amerika. Bahkan Menteri Transportasi Sean Duffy mengarahkan Departemen Transportasi untuk memberikan prioritas pendanaan kepada "komunitas dengan angka pernikahan dan kelahiran lebih tinggi dari rata-rata nasional."

Namun, di sisi lain, membesarkan anak di AS tidaklah murah. Satu analisis terkini menemukan orang tua akan menghabiskan biaya sekitar US$300.000 atau Rp5 miliar untuk membesarkan anak hingga usia 18 tahun.

Para ahli juga memiliki pandangan berbeda tentang cara mengatasi masalah ini. Tidak sedikit yang menyerukan kebijakan kesehatan publik dan rencana keuangan untuk membantu keluarga.

Poonam Muttreja, direktur eksekutif Population Foundation of India, mengatakan bahwa meskipun insentif tunai seperti bonus bayi mungkin menawarkan dorongan jangka pendek, tetapi negara-negara yang telah mempertahankan atau meningkatkan angka kelahiran secara moderat-seperti Prancis atau negara-negara Nordik-telah melakukannya dengan berinvestasi dalam perawatan anak yang terjangkau, cuti orang tua berbayar, tempat kerja yang setara gender, dan dukungan perumahan.

"Hal ini menciptakan lingkungan yang mendukung di mana orang merasa aman untuk memiliki anak. Tanpa menangani dukungan sistemik tersebut, bonus satu kali berisiko menjadi simbolis daripada substantif," katanya. "Keputusan tentang kesuburan dibentuk oleh keyakinan jangka panjang, bukan pemberian uang tunai satu kali."

Cara Kerja Bonus Bayi di AS

Biasanya insentif semacam ini dibayarkan melalui kredit pajak atau cek pemerintah, mirip dengan cek stimulus yang diberikan kepada jutaan rumah tangga selama pandemi.

AS saat ini memiliki Kredit Pajak Anak sekitar US$2.000 per anak, tetapi itu diklaim pada pengembalian pajak tahunan orang tua, yang berarti keluarga harus menunggu hingga musim pajak untuk mendapatkan manfaat tersebut.

"Tidak seperti Kredit Pajak Anak, bonus bayi dapat diberikan tepat setelah anak lahir - tidak perlu menunggu hingga musim pajak tahun depan untuk mendapatkan uang yang dibutuhkan orang tua untuk tempat tidur bayi dan kursi mobil saat ini," tulis analis kebijakan senior Leah Sargeant dalam sebuah posting baru-baru ini di Niskanen Center, sebuah lembaga pemikir politik.

"Hal ini dapat disusun secara lebih rinci daripada CTC karena merupakan suplemen untuk satu tahun yang kritis, bukan pembayaran berkelanjutan."


(tfa/tfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Laba Tesla Elon Musk Anjlok 71%

Next Article Korea Selatan Diprediksi Jadi Negara yang Akan Hilang Duluan dari Bumi

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |