Harga CPO Sepekan, Daya Tarik Naik-Turun, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

4 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar minyak sawit mentah (CPO) pekan ini benar-benar penuh warna. Harga sempat melonjak di awal minggu, lalu berbalik melemah sebelum akhirnya stabil menjelang akhir pekan.

Di Bursa Malaysia Derivatives Exchange, kontrak CPO untuk pengiriman Mei 2025 ditutup di MYR 4.576 per ton pada Jumat (14/3), menguat 0,82% secara harian. Namun, jika ditarik sepekan ke belakang, harga sebenarnya melemah 1,06% dibandingkan penutupan pekan lalu.

Jadi, apa yang menyebabkan harga CPO bergerak begitu dinamis dalam sepekan terakhir?

Ekspor CPO Malaysia mengalami pasang surut sepanjang minggu ini. Data dari cargo surveyor Intertek Testing Services menunjukkan ekspor produk minyak sawit Malaysia naik 5,4% dalam 10 hari pertama Maret dibanding periode yang sama Februari. Namun, di tengah optimisme awal, pelaku pasar mulai berhati-hati setelah rilis data dari AmSpec Agri Malaysia yang justru menunjukkan ekspor turun 1,8% pada periode yang sama. Ketidakpastian ini membuat harga CPO cenderung volatil.

Minyak sawit tak bergerak sendirian di pasar. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) dan Dalian Commodity Exchange ikut memberikan tekanan. Di CBOT, harga minyak kedelai sempat turun akibat ekspektasi pasokan global yang lebih tinggi, terutama dari Amerika Selatan. Sementara di Dalian, harga minyak kedelai dan minyak sawit mengalami penurunan di awal pekan sebelum akhirnya stabil. Dengan pergerakan ini, CPO kehilangan daya tariknya di mata para pembeli yang mencari alternatif lebih murah.

Ringgit Malaysia yang sempat menguat terhadap dolar AS di awal pekan memberikan tekanan tambahan bagi harga CPO. Penguatan ringgit membuat CPO yang dihargakan dalam mata uang ini menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri, mengurangi daya saing ekspor. Namun, pelemahan ringgit di akhir pekan sedikit membantu harga CPO kembali stabil. Selain itu, keputusan kebijakan ekonomi China yang memberikan sinyal permintaan lebih stabil turut menjadi faktor pendukung di akhir minggu.

Selain itu implementasi mandatori biodiesel B40 di Indonesia sejak awal tahun terus menyerap pasokan minyak sawit domestik. Kebijakan ini membuat ekspor sawit Indonesia diperkirakan turun menjadi 27,5 juta ton pada 2025, lebih rendah dari 29,5 juta ton pada 2024, sebagaimana dilaporkan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

Menurut analis teknikal David Ng, kepada Cambodia News Gazette, CPO memiliki level support di MYR 4.450 per ton dan resistance di MYR 4.680 per ton. Jika harga mampu menembus resistance, CPO berpotensi melanjutkan kenaikan menuju MYR 4.750 per ton dalam beberapa pekan ke depan.

Volatilitas harga tetap perlu diwaspadai mengingat faktor eksternal seperti kebijakan impor India dan fluktuasi harga minyak nabati lainnya. Dalam jangka menengah, fokus pasar akan tertuju pada kebijakan biodiesel Indonesia dan prospek produksi di Malaysia yang mengalami stagnasi akibat keterbatasan lahan dan lambatnya peremajaan perkebunan.

Dengan fundamental yang masih kuat, harga CPO diperkirakan tetap bertahan di level tinggi dalam waktu dekat. Namun, perlu mengantisipasi potensi hambatan ekspor yang dapat mempengaruhi keseimbangan pasar global.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |