Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di provinsi Riau selama tujuh hari, mulai tanggal 1 hingga 7 Mei 2025.
"Operasi ini dilakukan sebagai upaya mitigasi terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang rawan terjadi di wilayah gambut Riau saat memasuki musim kemarau," kata Plt. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan di situs resmi, Selasa (6/5/2025).
"Tujuan OMC adalah mempercepat turunnya hujan untuk membasahi dan menjaga kelembapan lahan gambut. Hal ini penting karena lahan gambut yang mengering sangat mudah terbakar dan sulit dipadamkan," jelasnya.
Sebelumnya, Dwikorita juga telah mengingatkan agar mewaspadai ancaman bencana karhutla. Dan meminta semua pihak meningkatkan kesiapsiagaan sejak dini karena ada prediksi potensi karhutla meningkat selama musim kemarau tahun 2025 ini.
Dalam Apel Kesiapsiagaan Nasional Karhutla di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Riau, Selasa (29/4/2025) lalu, Dwikorita mengingatkan perlunya kerja sama semua pihak. Dengan begitu, bencana besar bisa dihindari dan tidak melanda Indonesia.
BMKG bersama BNPB dan pemerintah daerah mendorong upaya-upaya pembasahan lahan, upaya-upaya mempertahankan tinggi muka air di lahan, dan pengisian embung-embung serta kanal dengan memanfaatkan hujan yang masih ada saat periode transisi menjelang musim kemarau.
"Upaya penguatan lainnya juga dilakukan dalam bentuk penyiagaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC), patroli udara, serta pengawasan lapangan secara berkala, khususnya di wilayah Riau yang saat ini telah berstatus siaga darurat karhutla," ucapnya.
"BMKG berkomitmen untuk terus memantau perkembangan iklim dan potensi karhutla serta menyampaikan informasi terkini kepada masyarakat dan pihak terkait demi mencegah dampak buruk yang mungkin terjadi. Dengan data yang akurat dan tindakan yang cepat, kita bisa mencegah bencana besar," tegas Dwikorita.
Riau Siaga Darurat Karhutla
Dwikorita menjelaskan, sebanyak 10 kabupaten/kota di Riau telah menetapkan status siaga darurat karhutla.
Menyusul munculnya 144 titik panas (hotspot) dan terbakarnya 81 hektare lahan. OMC ditujukan untuk mencegah perluasan kebakaran dengan membasahi area gambut secara menyeluruh dan merata.
Karena itulah, sambungnya, Operasi Modifikasi Cuaca dilakukan intensif.
"Bahkan tanpa aktivitas pembakaran, lahan gambut tetap berpotensi terbakar karena angin kencang dan gesekan ranting saat musim kemarau. Karena itu, mitigasi harus dilakukan sebelum munculnya api," ujarnya.
"Hingga 4 Mei 2025, OMC telah dilakukan sebanyak empat sorti penyemaian awan dengan total 3,2 ton bahan semai berupa garam (NaCl). Total waktu terbang mencapai 8 jam 33 menit, menyasar awan-awan potensial yang mampu menghasilkan hujan," tambah Dwikorita.
Dia menjelaskan, wilayah target OMC difokuskan pada pesisir timur bagian utara dan selatan Provinsi Riau, yang merupakan area dengan sejarah kebakaran tinggi.
"Tujuannya adalah mengisi kembali kubah air dalam tanah gambut agar tidak mudah mengering dan terbakar saat musim kemarau berlangsung," katanya.
Berdasarkan sistem early warning BMKG, musim kemarau di Indonesia, termasuk Riau, telah dimulai sejak April dan diprediksi mencapai puncaknya antara Juni hingga Agustus 2025.
"Provinsi Riau sendiri mengalami dua kali musim kemarau dalam setahun. Yakni Februari-Maret dan Mei-September, sehingga berisiko menghadapi karhutla dengan frekuensi lebih tinggi dibanding wilayah lain," terangnya.
"Potensi kekeringan dan karhutla pada Mei hingga September 2025 diperkirakan meningkat akibat anomali suhu permukaan laut di Samudra Pasifik dan wilayah barat Indonesia. Karena itu, diperlukan intervensi melalui OMC untuk menjaga kelembapan gambut dan mencegah kebakaran sebelum musim kemarau mencapai puncaknya," paparnya.
OMC Efektif Cegah Petaka
Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menambahkan, sejak tahun 2015, paradigma OMC telah berubah dari sekadar respons pemadaman menjadi langkah mitigasi dan pencegahan dini.
"Strategi ini terbukti efektif. Data menunjukkan, jumlah hotspot nasional menurun tajam dari 8.168 titik pada 2019 menjadi hanya 499 titik pada 2023 - turun sebesar 93,9 persen. Begitu pula dengan luas lahan terbakar yang turun dari 90.550 hektare menjadi 7.267 hektare dalam periode yang sama," paparnya.
"Dengan kondisi cuaca yang masih relatif mendukung pembentukan awan hujan, OMC diharapkan mampu menekan jumlah hotspot. Dan mengurangi risiko kebakaran gambut yang biasa terjadi pada pertengahan hingga akhir musim kemarau," lanjut Seto.
Dia mengatakan, pelaksanaan OMC di Riau merupakan hasil kolaborasi antara BMKG, BNPB, TNI Angkatan Udara, operator swasta, dan sejumlah pemangku kepentingan.
"Operasi ini menggunakan pesawat Cessna Caravan 208B yang telah dimodifikasi khusus untuk penyemaian awan," kata Seto.
"Selama pelaksanaan, BMKG terus melakukan pemantauan cuaca dan dinamika atmosfer secara harian. Data ini menjadi dasar penentuan waktu dan lokasi penyemaian yang tepat, efisien, dan berbasis sains," pungkasnya.
(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Israel Batalkan Peringatan Hari Kemerdekaan
Next Article Diam-Diam BMKG Sibuk Lawan Cuaca Ekstrem, Jakarta Selamat dari Bahaya