Jakarta, CNBC Indonesia - Berbagai tekanan ekonomi membuat konsumen lebih selektif dan berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Meskipun ekonomi nasional mencatat pertumbuhan yang stabil, daya beli belum sepenuhnya pulih ke level pra-pandemi.
Awal tahun ini menjadi momen yang penuh tantangan khususnya dalam hal konsumsi masyarakat Indonesia. Konsumen Indonesia lebih sadar dan selektif dalam membelanjakan uang di tengah momen Ramadan dan Lebaran.
Kondisi ekonomi global yang dinamis, tekanan inflasi, dan perubahan perilaku belanja masyarakat menjadi tantangan utama bagi konsumen Indonesia di 2025. Kendati demikian, masyarakat menunjukkan adaptasi yang kuat, terutama dari kalangan kelas menengah dan aspiratif yang kini menjadi motor penggerak konsumsi domestik.
Bank Mandiri dalam laporannya yang berjudul EconMark: Indonesia's Consumers: Overcoming the Challenges menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga tetap menjadi pilar utama pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Namun, berbagai tekanan ekonomi membuat konsumen lebih selektif dan berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Meskipun ekonomi nasional mencatat pertumbuhan yang stabil, daya beli belum sepenuhnya pulih ke level pra-pandemi.
Setelah penurunan tajam akibat perlambatan ekonomi global yang dipicu oleh pandemi Covid-19, konsumsi nasional masih belum kembali ke jalur sebelum pandemi.
Sebagai pilar utama perekonomian, pengeluaran rumah tangga turun di bawah level pra-pandemi pada 2020 dan 2021. Meskipun terjadi pemulihan pada 2022 seiring pelonggaran pembatasan dan normalisasi mobilitas, pemulihannya berlangsung tidak merata. Saat ini, konsumsi rumah tangga masih sekitar 6,7% di bawah potensinya, yang menandakan adanya penyimpangan berkelanjutan dari tren jangka panjangnya.
Foto: The Gap Between Household Consumption and Its Potential
Sumber: BPS
Konsumsi Warga RI Selama Ramadan & Idul Fitri
Momentum Ramadan dan Lebaran 2025 kembali menjadi pendorong utama lonjakan konsumsi. Dibanding tahun sebelumnya, pertumbuhan pengeluaran terlihat lebih terkendali, menunjukkan adanya pergeseran ke belanja yang lebih rasional.
Kategori belanja yang mengalami peningkatan signifikan antara lain:
- Transportasi dan mudik (termasuk tiket pesawat dan bensin)
- Barang elektronik dan gadget
- Kegiatan hiburan dan olahraga
- Belanja kebutuhan pokok di supermarket dan restoran
Namun demikian, pola konsumsi ini diiringi dengan preferensi terhadap promo dan diskon, serta peningkatan penggunaan platform digital untuk berbelanja.
Hal ini juga dipertegas dari angka Mandiri Spending Index (MSI) di akhir libur Idulfitri yang mencapai 284,6, sedikit menurun dari puncaknya di minggu sebelumnya yang sebesar 285,2.
Perilaku konsumen selama Ramadan 2025 menunjukkan pendekatan yang lebih terukur: pengeluaran cenderung rendah dalam dua minggu pertama, kemudian meningkat tajam di paruh kedua, melampaui laju pertumbuhan yang terlihat pada tahun 2024. Namun, momentum ini kembali melambat selama periode liburan.
Meskipun terjadi perubahan tersebut, secara keseluruhan pengeluaran selama periode Ramadan-Idulfitri 2025 meningkat sebesar 11,2% dibandingkan dengan level sebelum Ramadan, sedikit di bawah pertumbuhan 12,1% yang tercatat pada tahun 2024. Pola ini menunjukkan pendekatan konsumsi yang lebih hati-hati dan disengaja dari konsumen.
Foto: Weekly MSI Growth During Ramadan Compared to Pre-Ramadan (%)
Sumber: Mandiri Institute
Pelemahan tingkat konsumsi rumah tangga di Indonesia sudah terlihat khususnya menjelang minggu ketiga Ramadan dan seterusnya, saat Tunjangan Hari Raya (THR) biasanya dibagikan, kesenjangan tabungan semakin melebar, menunjukkan adanya lonjakan pengeluaran pasca-THR.
Namun, besarnya kesenjangan ini menunjukkan bahwa THR yang diterima mungkin lebih kecil dari tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, tren ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin mengandalkan THR sebagai penyangga keuangan penting untuk konsumsi selama Ramadan 2025, lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, pengeluaran yang lebih hati-hati dan terbatasnya kapasitas keuangan membentuk pola konsumsi. Downtrading semakin terlihat sejak sebelum Ramadan 2025, ditandai dengan preferensi terhadap ukuran belanja yang lebih kecil, barang dengan harga lebih rendah, dan frekuensi belanja yang lebih sering.
Downtrading terjadi ketika konsumen memilih pengganti barang yang lebih murah dibandingkan yang biasa mereka beli seringkali didorong oleh tekanan ekonomi, keterbatasan keuangan pribadi, atau perubahan preferensi. Penyesuaian ini mencerminkan cara rumah tangga menyeimbangkan kebutuhan konsumsi mereka dengan keterbatasan keuangan, sekaligus menyoroti tren yang lebih luas menuju pengeluaran yang lebih bijak dan adaptif.
Foto: Individual Saving Index
Sumber: Mandiri Institute
Aktivitas Pariwisata Menunjukkan Perlambatan
Pengeluaran yang terkait dengan pariwisata di beberapa destinasi utama, seperti Bali dan DI Yogyakarta, menunjukkan perlambatan aktivitas wisata selama Ramadan 2025. Di Bali, pengeluaran terus menurun setelah liburan akhir tahun 2024 dan baru pulih kembali selama libur Idulfitri 2025. Hal ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya ketika pengeluaran tetap relatif stabil pasca-Tahun Baru meskipun memasuki musim sepi.
Tren serupa juga terjadi di DI Yogyakarta, di mana pengeluaran baru mulai meningkat pada minggu ketiga Ramadan, setelah mengalami penurunan terus-menerus sejak awal tahun.
Perlambatan di dua destinasi wisata utama ini menunjukkan menurunnya minat publik untuk bepergian, kemungkinan besar dipengaruhi oleh daya beli yang melemah, terutama untuk wisata jarak jauh. Perubahan ini mencerminkan pendekatan konsumen yang lebih hati-hati terhadap pengeluaran untuk kebutuhan non-pokok, termasuk perjalanan.
Foto: MSI in Trourism Areas
Sumber: Mandiri Institute
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)