- Pasar keuangan RI kemarin ijo royo-royo, IHSG terbang lebih dari 2% menembus 7700, tinggal selangkah lagi menuju All Time High (ATH).
- Wall Street terbang setelah inflasi AS lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar
- Hasil rilis inflasi AS sampai prospek inflow asing masih lanjut seiring momentum rebalancing MSCI akan mempengaruhi gerak pasar hari ini.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air kemarin ijo royo-royo. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedikit lagi menuju rekor tertingginya, obligasi juga kembali diburu investor, rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung koreksi tetapi masih dalam tren stabil.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan kembali kompak pada hari ini. Selengkpanya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artiikel ini.
Dari IHSG dulu, pada penutupan perdagangan kemarin Selasa (12/8/2025) berhasil melesat 2,44% ke posisi 7791,69. Ini merupakan penguatan harian terkuat sejak 29 April 2028, sekaligus menandai posisi tertinggi pada tahun ini.
Kurang dari 2% lagi, IHSG bisa menuju level tertinggi sepanjang masa yang pernah diuji pada tahun lalu di level 7900.
Nilai transaksi yang terjadi sepanjang hari kemarin sangat ramai sampai Rp20,14 triliun, melibatkan 30,35 miliar lembar saham yang berputar 2,22 juta kali. Ada sebanyak 382 saham menguat, 249 saham melemah, dan sisanya 170 saham stagnan. Market cap IHSG tembus Rp14,04 kuadriliun.
Mengutip Refinitiv, teknologi menjadi sektor yang naik paling kencang, yakni 7,08%. Lalu diikuti oleh utilitas 3,64% dan finansial 3,54%.
Saham yang menjadi penggerak utama adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang menyumbang 39,55 indeks poin. Saham BBRI naik 6,3% ke level 4.050 dengan nilai transaksi Rp 1,61 triliun.
Sejumlah saham juga memberikan bobot besar terhadap kenaikan IHSG hari ini. PT DCI Indonesia (DCII) yang kembali menyentuh auto reject atas (ARA) atau naik 10% berkontribusi 27,23 indeks poin. Kemudian PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) yang naik 6,35% menyumbang 21,65 indeks poin.
Selain BRI, saham bank jumbo lain juga ikut menjadi penggerak IHSG, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BMRI) 16,63 indeks poin dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) 5,69 indeks poin.
Penguatan IHSG seiring dengan masuknya investor asing. Dalam sepekan lebih dari Rp2 triliun masuk ke pasar saham. Hal ini yang membuat rupiah juga masih cenderung dalam tren stabil, meskipun kemarin ada koreksi tipis.
Merujuk data Refinitiv, rupiah dalam menghadapi dolar AS kemarin kontraksi tipis 0,09% ke posisi Rp16.280/US$.
Pelemahan rupiah ditengarai sikap wait and see pasar jelang rilis inflasi AS pada kemarin malam.
Sejak pagi kemarin, dolar AS juga cenderung mendapat dukungan dari meningkatnya permintaan aset safe haven, menyusul komentar Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy yang menolak wacana penyerahan wilayah ke Rusia. Pernyataan ini meredam optimisme pasar akan penyelesaian cepat konflik antar Ukraina dan Rusia.
Pasar saat ini memproyeksikan probabilitas 88% untuk pemangkasan suku bunga 25 bps oleh The Fed pada September, serta peluang 63% untuk penurunan lanjutan pada Oktober. Ekspektasi ini menguat setelah komentar dovish Gubernur The Fed Michelle Bowman yang mendukung pemangkasan suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini.
Dari sisi perdagangan global, keputusan Presiden AS Donald Trump memperpanjang gencatan tarif dengan China selama 90 hari sempat meredakan ketegangan dagang, namun kebijakan proteksionis tetap berlanjut, termasuk rencana pengenaan tarif 100% untuk impor semikonduktor.
Langkah ini menambah ketidakpastian prospek pertumbuhan global dan menjaga permintaan terhadap dolar AS.
Beralih ke pasar surat utang Tanah Air, terpantau masih diburu investor, tercermin dari yield obligasi acuan tenor 10 tahun yang kembali turun.
Berdasarkan data Refinitiv untuk penutupan kemarin, imbal hasil obligasi 10 tahun (ID10Y) mengalami penutunan 0,6 basis poin (bps) menjadi 6,43%.
Sejak awal tahun, obligasi masih menjadi buruan asing dan investor lokal, tercermin dari yield ID10Y sudah turun lebih dari 8%.
Perlu dipahami gerak yield dan harga pada obligasi itu berlawanan arah. Jadi, ketika yield turun terus, maka harga sedang terkerek naik yang artinya investor berburu masuk.
Pages