Internet di Garis Terdepan RI
mae, CNBC Indonesia
14 December 2025 11:00
Jakarta, CNBC Indonesia - Di wilayah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T), jarak dan fasilitas kesehatan pernah menjadi batas antara hidup dan mati. Namun, pelan-pelan batas itu mulai memudar dengan kehadiran jaringan komunikasi dan internet.
Kondisi geografis yang sulit, minimnya tenaga kesehatan dan terbatasnya fasilitas kesehatan membuat layanan kesehatan terhambat, Nyawapun jadi taruhan. Kehadiran jaringan komunikasi dan internet mulai memperbaiki kekurangan tersebut.
Internet dan jaringan komunikasi yang dulu dianggap kemewahan di wilayah 3T kini berubah menjadi "penolong sunyi "yang bekerja di balik layer dan menyelamatkan nyawa.
Bagi Nelcy Nawakele, jaringan telekomunikasi dan internet adalah penyelamat. Warga Ballu, Kecamatan Raijua, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut sudah merasakan bagaimana kecanggihan teknologi bisa digunakan sebagai penyelamat manusia.
Wanita berusia 35 tahun tersebut bercerita di kampungnya kini tidak ada lagi kasus ibu yang meninggal karena melahirkan anak. Kehadiran telepon memungkinkan warga di sana menelpon tenaga medis dan ambulans sehingga pertolongan pun datang dengan cepat.
"Beta orang kampung, orang sederhana. Di kampung dulu banyak yang melahirkan di rumah sampai pendarahan. Sekarang semua bisa (ditangani) cepat. Tinggal telpon ambulans, orang rumah sakit datang," ujar Nelcy saat ditemui CNBC sedang menunggu ayahnya berobat di RS Pratama Raijua.
Foto: maesaroh/CNBC
Layanan kesehatan di RS Pratama Raijua
Nelcy bercerita layanan ambulan juga bisa dilakukan lewat pesan whatsapp sehingga lebih mudah. Kampungnya memiliki geografis yang sulit ditempuh sehingga kadang menyulitkan warga yang ingin berobat. Kehadiran ambulan on call membuat hambatan ini kini tidak ada lagi.
Cerita Nelcy hanyalah sedikit dari banyaknya kisah positif keberadaan jaringan internet. Dalam jangkauan yang lebih luas, internet menjadi nyawa dari transformasi layanan kesehatan Indonesia.
Perkembangan teknologi mendorong transformasi besar dalam layanan kesehatan Indonesia.
Rekam medis yang sebelumnya dicatat manual kini beralih ke Rekam Medis Elektronik (RME) yang mengedepankan keamanan dan kerahasiaan data pasien. RME menjadi subsistem penting dalam sistem informasi fasilitas kesehatan yang terhubung satu sama lain.
Transformasi ini dipercepat lewat SATU SEHAT, ekosistem data nasional yang diluncurkan Kemenkes sejak 2022.
Platform ini mengintegrasikan rumah sakit, puskesmas, laboratorium, apotek, hingga industri kesehatan dalam satu sistem berbasis data.
Bagi pemerintah, SATU SEHAT menghadirkan dashboard near real-time untuk deteksi penyakit, respons kesehatan masyarakat, dan perumusan kebijakan berbasis data. Industri kesehatan pun memperoleh peluang inovasi yang lebih luas.
Di layanan primer, transformasi dimulai dengan hadirnya ASIK (Aplikasi Sehat Indonesiaku) yang diluncurkan Mei 2022. ASIK mendigitalkan pencatatan imunisasi, gizi, dan surveilans penyakit di Puskesmas dan Posyandu, menggantikan pencatatan manual yang rawan salah.
Pada November 2023, Kemenkes resmi mewajibkan penggunaan RME terintegrasi SATU SEHAT untuk seluruh faskes. Tenggat implementasi yang awalnya ditetapkan 31 Desember 2023 kemudian diperpanjang hingga akhir 2025 demi memastikan kesiapan teknis dan migrasi data.
RME memperkuat pelayanan klinis individual yang lebih cepat, tepat, dan terkoordinasi. ASIK memperkuat pencatatan kesehatan masyarakat yang lebih akurat dan mudah dipantau.
SATU SEHAT menyatukan keduanya ke dalam satu ekosistem nasional dengan konsep single patient data.
Foto: Kementerian Kesehatan
Ilustrasi sistem RME
Dengan integrasi ini, Indonesia bergerak menuju layanan kesehatan digital yang efisien, inklusif, dan terhubung dari pusat hingga daerah.
Transformasi tersebut tidak akan berjalan tanpa adanya jaringan internet yang memadai.
Guna mendukung jaringan internet untuk kesehatan, Kementerian Kementerian Komunikasi dan Informatika (Komdigi) melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) telah membangun empat Base empat Base Transceiver Station(BTS) serta menghadirkan akses internet.
Ada 12 layanan kesehatan yang mendapatkan fasilitas akses internet dari BAKTI di Kabupaten Sabu Raijua.
Di antaranya adalah Puskesmas Bolou, Puskesmas pembantu (Pustu) Loborui, Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Ledeke, Puskesmas Pembantu, Pustu Titinalede, Gedung Farmasi Ledeunu, Pustu Molie, Pustu Lobohede, Puskesmas Seba, Rumah Sakit Pratama, Pustu Ledeana, dan Pos Kesehatan Desa Bolua.
Foto: maesaroh/CNBC
Akses internet di RS Pratama Raijua
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sabu Raijua Thobias J. Messakh menjelaskan banyak layanan kesehatan gratis untuk masyarakat yang semakin optimal karena internet.
"Ada cek kesehatan gratis, layanan rumah sakit dan posyandu yang datanya langsung ke ASIK. Semua lebih gampang dan cepat," tuturnya kepada CNBC.
Internet juga memudahkan dinas kesehatan untuk menggalakkan kampanye kesehatan di media sosial, mulai dari Facebook sampai Youtube.
Dengan data yang memadai, dinas kesehatan lebih bisa mendeteksi adanya fenomena kesehatan di masyarakat untuk kemudian ditangani lebih cepat. Contohnya saat meningkatnya kasus scabies akhir-akhir ini.
Dia menambahkan jaringan seluler juga memungkinkan pihak rumah sakit dan puskesmas membentuk kelompok diskusi online dan layanan online.
"Jadi kalau ada apa-apa bisa tahu lebih cepat," ujarnya.
Kemudahan layanan kesehatan karena internet juga dirasakan Ningsih, seorang perawat di UPTD Puskesmas Seba, Kabupaten Sabu Raijua.
Dengan adanya aplikasi ASIK dan digitalisasi maka hanya dibutuhkan waktu 5-10 menit dari pendaftaran sampai skrining hingga diagnosa. Dengan proses manual membutuhkan waktu 15-30 menit.
Dengan adanya RME maka data pasien sudah tersimpan secara elektronik sehingga saat mereka memeriksakan kesehatan lagi di lain waktu data sudah tersedia dan petugas memiliki catatan riwayat kesehatan.
Pada akhirnya, kisah Nelcy, Ningsih, para tenaga kesehatan, hingga para ibu dan anak yang kini terselamatkan oleh akses komunikasi, menjadi pengingat sederhana bahwa teknologi bukan sekadar deretan kabel, sinyal, atau aplikasi. Ia adalah jembatan yang mendekatkan harapan, memendekkan jarak, dan memperpanjang usia.
Di tengah sunyi perbatasan dan kerasnya medan wilayah 3T, internet menjelma menjadi tangan tak terlihat yang bekerja siang dan malam-menghubungkan manusia dengan pertolongan, keluarga dengan harapan, dan Indonesia dengan masa depan kesehatan yang lebih adil dan setara.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae/mae)

8 hours ago
8
















































