Jakarta, CNBC Indonesia - Kini, kereta cepat menjadi simbol kemajuan transportasi antarkota di berbagai wilayah dunia, termasuk Indonesia. Model kereta cepat modern umumnya mengacu pada kehadiran kereta peluru Jepang yang lahir pada 1950-an.
Meski begitu, secara konsep, kereta cepat yang menghubungkan kota-kota besar dengan waktu tempuh singkat bukanlah hal baru. Tepat 96 tahun lalu, atau pada 1 November 1929, Indonesia sudah pernah memiliki kereta cepat pertamanya. Bahkan, keretanya disebut-sebut menjadi yang tercepat di Asia.
Namanya Eendaagsche Express, yang berarti Kereta Satu Hari. Layanan ini menghubungkan dua kota penting di Jawa, yakni Jakarta (saat itu Batavia) dengan Surabaya. Proyek tersebut tergolong ambisius sekaligus mahal, karena menelan biaya hingga jutaan gulden. Namun, di balik gemerlap kemajuan teknologi transportasi kala itu, usia Eendaagsche Express tak panjang. Kereta cepat pertama di Indonesia ini hanya bertahan sekitar 13 tahun sebelum akhirnya berhenti beroperasi.
Proyek Ambisius SS
Dalam catatan buku The Pearl of the East: The Economic Impact of the Colonial Railways in the Age of High Imperialism in Southeast Asia (2023), sebelum kehadiran Eendaagsche Express, jalur Jakarta-Surabaya sebenarnya sudah beroperasi sejak 1 November 1894.
Namun, perjalanan kala itu bisa memakan waktu hingga dua hari penuh. Penumpang harus transit di beberapa kota dan berpindah gerbong. Terlebih, penumpang juga harus menunggu lama sebab perjalanan malam hari tidak diperbolehkan. Situasi ini menimbulkan kebutuhan akan moda transportasi yang lebih cepat dan efisien.
Salah satu perusahaan kereta yang menseriusi kereta cepat adalah Staatsspoorwegen (SS). Menurut riset berjudul "De Eeendaagsche Express: Kereta Api Cepat di Pulau Jawa, 1929-1942" (2022), pada 1920-an, SS mulai membahas kereta cepat karena merasa perlu menghadirkan layanan yang praktis dan efisien. Sebab saat itu mereka dikenal sebagai perusahaan yang boros dan lamban. Bahkan, SS sering diplesetkan menjadi Selamanya Susah atau Slow and Sure.
Atas dasar itulah, proyek kereta cepat menjadi ajang pembuktian diri bagi SS yang digarap penuh ambisi. Ini terlihat dari investasi besar-besaran. Perusahaan diketahui menggelontorkan lebih dari 8 juta gulden untuk membeli dan menguasai berbagai jalur penting.
Mulai dari Jakarta-Karawang, Bandung-Yogyakarta, hingga lintasan lain yang menyambungkan jaringan Jakarta-Surabaya. Belum lagi, perusahaan harus membeli lokomotif yang bisa melaju kencang.
Sampai akhirnya, penantian 35 tahun SS membuahkan hasil. Pada 1 November 1929, SS resmi mengoperasikan KA cepat Jakarta-Surabaya via Cirebon dengan total jarak 827 kilometer. Keretanya mampu melaju hingga 85 km/jam, menjadikannya salah satu layanan tercepat di Asia kala itu. Waktu tempuh yang semula dua hari kini hanya menjadi 13,5 jam. Penumpang yang berangkat pagi dari Batavia sudah bisa tiba di Surabaya sebelum matahari terbenam.
Menurut koran Algemeen Handelsblad (5 April 1930), dalam tiga bulan pertama operasinya saja, kereta ini telah menempuh 66.650 kilometer, dengan total penumpang mencapai 7.944 orang. Meski begitu, menurut menurut riset berjudul "De Eeendaagsche Express: Kereta Api Cepat di Pulau Jawa, 1929-1942" (2022), terdapat diskriminasi di perjalanan kereta.
Penumpang dibedakan berdasarkan status sosial dan etnis. Meski semua orang menempuh jalur yang sama, kenyamanan perjalanan tetap ditentukan oleh warna kulit dan posisi sosialnya.
Sayangnya, masa kejayaan Eendaagsche Express tak berlangsung lama. Setelah beroperasi sekitar 13 tahun, proyek ambisius SS ini resmi berhenti pada Februari 1942. Penyebabnya karena perubahan politik Indonesia. Masa pendudukan Jepang membuat layanan kereta berhenti total. Perang pun membuat jalur utama menjadi rusak.
Sejak saat itu, nama Eendaagsche Express perlahan menghilang dari rel-rel Jawa.
(mfa/wur)

                        6 hours ago
                                4
                    















































