Banten, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan atau Zulhas mengungkapkan, pemerintah akan mulai mewajibkan pencampuran 10 persen etanol pada bensin mulai tahun depan. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya menuju kemandirian energi nasional dan pengurangan impor bahan bakar fosil.
"Kita mesti swasembada di bidang energi. Ini Pak Bahlil, Menteri ESDM, sudah mengumumkan, tahun depan kita akan penuh memakai biofuel. Oleh karena itu tahun depan Indonesia diusahakan, dikejar, ditargetkan tidak impor solar lagi, tahun depan," ujar Zulhas saat ditemui di sela acara pembukaan TEI ke-40 di ICE BSD, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (15/10/2025).
Menurutnya, kebijakan bioenergi nasional akan ditingkatkan dari B40 menjadi B50, yakni penggunaan 50 persen campuran biodiesel dalam solar.
"Berarti kita dari B40 akan membuat biofuel menjadi B50. Dengan B50, maka kita tidak akan impor solar lagi," jelasnya.
Selain itu, pemerintah juga mulai menerapkan bensin campuran etanol atau metanol sebesar 10 persen (E10) untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar berbasis minyak mentah.
"Yang kedua, saya sudah diumumkan oleh Menteri ESDM, pada tahun depan direncanakan, kita sudah mulai pakai premium atau bensin campur, 10% etanol atau metanol," kata dia.
Ia menegaskan, program ini tidak bersifat sukarela, melainkan akan wajib diterapkan begitu kesiapan infrastruktur dan pasokan terpenuhi.
"Etanol, iya direncanakan tahun depan. Oleh karena itu, kita sekarang besar-besaran untuk mengembangkan tebu dan singkong," ujarnya.
Ketika ditanya apakah kebijakan tersebut bersifat mandatory atau sukarela, Zulhas menjawab tegas bahwa kebijakan itu bersifat wajib.
"Wajib. Tapi kalau kita sudah siap ya, perintah Bapak Presiden begitu," Tegas dia.
Menurut Zulhas, penerapan E10 akan berdampak luas terhadap perekonomian rakyat karena bahan bakunya berasal dari hasil pertanian lokal seperti singkong, tebu, dan jagung.
"Jadi artinya program itu, saudara-saudara, akan menggerakkan ekonomi rakyat itu luar biasa. Karena bahan bakunya kan singkong, tebu, dan satu lagi jagung," jelasnya.
Ia optimistis kebijakan ini akan mendorong produktivitas pertanian sekaligus membuka peluang ekonomi baru di berbagai daerah.
"Jadi artinya nanti di seluruh Indonesia tidak boleh ada tanah yang nganggur. Karena semua akan bernilai ekonomi, di situlah nanti pemberdayaan, masyarakat kita akan kreatif. Kita akan mengejar Tiongkok, pertaniannya akan mengejar Thailand. Sementara (sekarang) kita ketinggalan, kita akui," tutur Zulhas.
Zulhas menegaskan, langkah ini merupakan bagian dari transformasi besar di sektor energi dan pertanian, yang menempatkan Indonesia pada jalur kemandirian energi nasional.
"Jadi dimanapun tanam-tanam singkong laku, kalau sudah ada industrinya untuk metanol atau etanol, maka harga singkong bisa sampai Rp2.000-an per kg. Ini memang tidak mudah, karena programnya besar dan dampaknya luas, tapi kita sudah berada di jalan yang benar dan tepat," pungkasnya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Zulhas Umumkan Kopdes Merah Putih Meluncur-Beroperasi Penuh 28 Oktober