Jakarta, CNBC Indonesia - Serangkaian gempa bumi kembali mengguncang Jepang dalam beberapa hari terakhir, meningkatkan kewaspadaan otoritas dan ilmuwan terhadap potensi terjadinya gempa besar atau yang kerap disebut "megaquake".
Alan Yong, Koordinator Studi Gempa Bumi Survei Geologi Amerika Serikat (USGS)-Jepang, menegaskan bahwa gempa bermagnitudo menengah merupakan hal yang umum di kawasan tersebut, tetapi lokasinya patut dicermati.
"Kepulauan Jepang adalah wilayah yang sangat aktif secara seismik. Gempa bermagnitudo 4 sering terjadi. Namun beberapa gempa baru-baru ini berada di dekat Palung Ryukyu dan Nankai, daerah di mana gempa yang jauh lebih besar bisa terjadi," ujarnya kepada Newsweek, dikutip Senin (22/12/2025).
Menurut Yong, wilayah tersebut memiliki sejarah gempa besar. "Gempa berkekuatan sekitar 8 magnitudo pernah terjadi pada 1910, 1920, 1944, dan 1946. Peristiwa seperti ini memang jarang, tetapi risikonya selalu ada," tambahnya.
Federasi Palang Merah Internasional juga mencatat aktivitas seismik yang sangat intens di Kepulauan Tokara sejak akhir Juni. Dalam pernyataannya, organisasi tersebut menyebut gempa berkekuatan 5,5 magnitudo terjadi pada 3 Juli di Prefektur Kagoshima.
"Sejauh ini belum ada laporan korban jiwa, namun sebagian penduduk telah mengungsi secara sukarela ke daratan utama," tulis organisasi tersebut.
Berdasarkan data USGS dan lembaga resmi Jepang, sejumlah gempa terjadi di berbagai wilayah, terutama di Jepang selatan dan timur laut. Meski demikian, hingga saat ini tidak ada laporan korban jiwa, kerusakan struktural besar, maupun peringatan tsunami.
Gempa-gempa tersebut terjadi dalam rentang waktu beberapa jam hingga ratusan kilometer. Dua gempa berkekuatan 4,1 dan 4,4 magnitudo tercatat di dekat Kepulauan Izu dalam selang enam jam. Sementara itu, gempa berkekuatan 5,1 magnitudo mengguncang wilayah sekitar 78 mil di timur Ohara pada dini hari waktu setempat.
Aktivitas seismik juga tercatat di wilayah utara Jepang. Gempa berkekuatan 5,4 magnitudo terjadi di lepas pantai Hachinoe pada Sabtu malam, disusul gempa 4,3 magnitudo keesokan harinya. Bahkan, delapan gempa tambahan dengan magnitudo 4,7 hingga 5,2 tercatat di lepas pantai Shikotan, Rusia, yang berdekatan dengan wilayah Jepang.
Jepang memang dikenal sebagai salah satu negara paling aktif secara seismik di dunia karena berada di pertemuan beberapa lempeng tektonik. Wilayah selatan, termasuk Kepulauan Tokara, secara rutin mencatat ribuan gempa kecil setiap tahun. Namun, peningkatan frekuensi dan kekuatan gempa belakangan ini memicu kekhawatiran akan kemungkinan gempa yang jauh lebih besar.
Kewaspadaan meningkat setelah pemerintah Jepang sebelumnya mengeluarkan peringatan tidak biasa menyusul gempa 7,6 magnitudo di pantai utara. Profesor Universitas Tohoku, Fumiaki Tomita, mengatakan langkah tersebut diambil karena adanya risiko yang lebih tinggi dari biasanya.
"Pemerintah mengeluarkan peringatan karena ada kemungkinan 'lebih besar dari biasanya' terjadinya gempa berkekuatan 8 dalam waktu dekat," ujarnya kepada The New York Times.
Ke depan, otoritas Jepang bersama lembaga pemantau internasional akan terus mengawasi perkembangan aktivitas seismik di kawasan tersebut. Meski peluang terjadinya "megaquake" masih tergolong rendah, para ahli menekankan pentingnya kesiapsiagaan bencana bagi jutaan warga yang tinggal di wilayah rawan gempa.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]

2 hours ago
4
















































