Tak Cuma Soekarno, Pemimpin Dunia Ini Punya Istri Lebih dari Satu

Jakarta, CNBC Indonesia- Kehidupan pribadi para presiden kerap menarik perhatian publik, selain karena kebijakan politiknya, juga karena urusan rumah tangga.

Sejumlah pemimpin dunia tercatat menikah lebih dari satu kali, baik karena perceraian, ditinggal wafat pasangan, maupun menjalani poligami. Fenomena ini memperlihatkan perbedaan norma budaya, hukum, dan politik di tiap negara.

Di Indonesia, Presiden Soekarno menempati posisi istimewa. Sang proklamator diketahui menikah dengan sembilan perempuan sepanjang hidupnya. Namun, pola pernikahannya tidak selalu berupa poligami.

Pada fase awal, Soekarno menjalani pernikahan secara berurutan. Setelah berpisah dari Siti Oetari (1921-1923), ia menikahi Inggit Garnasih (1923-1943) yang menemaninya dalam masa pembuangan. Ketika Soekarno ingin menikahi Fatmawati, Inggit menolak dimadu dan pernikahan mereka berakhir.

Fatmawati (1943-1956) dikenal sebagai penjahit bendera pusaka dan ibu dari Megawati Soekarnoputri. Namun, rumah tangganya terguncang saat Soekarno menikah lagi dengan Hartini pada 1952. Di sinilah fase poligami mulai terbuka.

Soekarno kemudian menambah pernikahan dengan Dewi Soekarno asal Jepang pada 1962, Haryati pada 1963, Yurike Sanger pada 1964, hingga Heldy Djafar pada 1966. Sejumlah pernikahan itu berlangsung bersamaan, meskipun ada yang berakhir cepat dengan perceraian.

Fenomena pernikahan Soekarno tidak sekadar urusan pribadi, melainkan juga terkait politik dan diplomasi. Pernikahannya dengan Dewi Soekarno misalnya, sering ditafsirkan sebagai simbol kedekatan Indonesia dengan Jepang pada era pasca-perang.

Begitu pula pernikahan dengan Heldy Djafar pada masa akhir kekuasaannya, yang dilihat sebagai strategi mempertahankan legitimasi politik di tengah situasi yang goyah.

Di Afrika Selatan, Presiden Jacob Zuma dikenal sebagai pemimpin dengan praktik poligami yang terang-terangan. Ia menikah dengan enam perempuan sepanjang hidupnya, mulai dari Gertrude Sizakele Khumalo hingga Gloria Bongekile Ngema.

Beberapa pernikahan berlangsung bersamaan, dan pesta pernikahan tradisional kerap menjadi sorotan publik. Hubungan antaristri dan anak-anak Zuma bahkan sering menjadi perbincangan politik domestik.

Sementara itu, di Amerika Serikat, praktik poligami tidak berlaku, tetapi delapan presiden tercatat menikah lebih dari sekali. Sebagian besar kasus terjadi karena pasangan mereka meninggal dunia. John Tyler, presiden ke-10, menikah dua kali setelah istri pertamanya meninggal ketika ia masih menjabat.

Theodore Roosevelt juga kehilangan istri pertama karena sakit, lalu menikah kembali dengan Edith Carow. Woodrow Wilson pun menikah lagi setelah istrinya Ellen Axson wafat pada awal masa kepresidenannya.

Ada pula presiden AS yang menghadapi kontroversi karena pernikahan keduanya. Benjamin Harrison, misalnya, menikah dengan Mary Scott Dimmick, keponakan dari istrinya yang telah meninggal. Pernikahan ini legal tetapi menimbulkan resistensi dari anak-anaknya dan kritik sosial yang cukup keras.

Jika ditarik ke konteks global, pola pernikahan presiden mencerminkan nilai dan norma yang berlaku di negaranya. Di AS, pernikahan ulang biasanya dipandang wajar bila terjadi setelah pasangan meninggal. Di Afrika Selatan, poligami sah secara hukum dan budaya sehingga bisa dijalani secara terbuka.

Di Indonesia, kasus Soekarno unik karena ia mempraktikkan baik pernikahan berurutan maupun poligami terbatas, dengan dimensi politik yang melekat pada sebagian besar pernikahannya.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(emb/emb)