Surabaya, CNBC Indonesia - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menyoroti potensi hambatan distribusi akibat faktor eksternal, khususnya cuaca ekstrem yang diprediksi melanda sejumlah wilayah. Hal itu seiring dengan momen Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Kepala BPH Migas Wahyudi Anas mengatakan tantangan utama dalam masa Satgas Nataru kali ini bukan soal produksi atau ketersediaan komoditas di terminal, melainkan pada kelancaran distribusi ke SPBU. Kondisi iklim dan curah hujan tinggi dinilai berpotensi menghambat pergerakan armada transportasi darat maupun laut.
"Memang kalau stok aman, distribusi aman, ini yang jadi masalah dan perlu diantisipasi adanya gangguan cuaca. Iklim, situasi kondisi saat ini ada potensi-potensi hujan lebat ya dan lain-lain," ujar Wahyudi dalam kunjungannya di Integrated Fuel Terminal Pertamina di Perak, Surabaya, dikutip Kamis (25/12/2025).
Salah satu contohnya seperti distribusi ke Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Menurutnya, ketepatan jadwal keberangkatan kapal pengangkut BBM di kedua wilayah tersebut jadi krusial, hal itu lantaran jika ada keterlambatan bisa berdampak fatal pada ketersediaan stok di wilayah tersebut.
Selain cuaca, pihaknya juga menyoroti titik-titik rawan kemacetan di destinasi wisata populer. Dia menilai, perlu ada peningkatan kewaspadaan di jalur-jalur padat agar armada tangki tidak terjebak macet yang bisa menyebabkan keterlambatan pasokan ke SPBU.
"Yang banyak kemacetan arah Batu, Malang khususnya. Ini agar supaya juga menjadi perhatian kalau memang nanti ada mobil kantong, lebih bagus bisa diantisipasi dikerahkan untuk daerah-daerah yang rawan kemacetan," tambahnya.
Di sisi lain, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra menjelaskan bahwa tantangan Nataru tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, selain tren kenaikan konsumsi BBM yang meningkat seiring arus mudik dan balik, faktor cuaca ekstrem menjadi variabel risiko utama yang harus diantisipasi dengan serius.
"Namun kita juga tahu bahwa akhir-akhir ini ada isu perubahan iklim. Sehingga ini kita melihat cuaca ini cukup ekstrem di beberapa tempat dan cukup merata. Tidak hanya di satu, dua kota. Sehingga kita juga harus antisipasi melakukan mitigasi risiko khususnya juga untuk wilayah-wilayah yang remote area," ujarnya di Surabaya.
Pihaknya memperkirakan puncak arus mudik terjadi pada 24 Desember, sementara arus balik diprediksi berlangsung sekitar tanggal 3 atau 4 Januari.
Pihaknya juga mengerahkan adanya perhatian khusus (extra effort) bagi wilayah-wilayah yang sedang tertimpa musibah bencana alam.
"Seperti yang kita ketahui, ada beberapa wilayah di Indonesia ini saudara-saudara kita yang sedang mengalami musibah, kita perlu atensi khusus. Dan oleh karena itu kami melakukan extra effort segala sumber daya yang kita miliki untuk segera me-recovery layanan di sana," tambahnya.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]

1 hour ago
2

















































