Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan fenomena baru di tatanan global yang muncul setelah era Trump 2.0. Fenomena ini mengacu pada banyaknya hubungan pertemanan antar negara yang retak. Contohnya, hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan Kanada, serta Amerika Serikat dan Meksiko.
Hubungan ini retak setelah Presiden Donald Trump meluncurkan perang dagang yang lebih intensif di masa kepemimpinan periode keduanya. Kebijakan Trump ini menandai perubahan besar dalam ekonomi, perdagangan dan rantai pasok dunia. Hal ini tak bisa dihindari karena AS merupakan salah satu ekonomi terbesar dunia.
"Keputusan investasi relokasi rekonfigurasi dari rantai pasok selama ini yang dianggap aman yang friendshoring sudah tidak ada lagi sekarang definisi friends sudah tidak ada lagi," ungkapnya dalam konferensi pers APBN KITA, Kamis (13/3/2025).
AS yang selama ini menjadi promotor perdagangan bebas antara Kanada, Meksiko dan Amerika berbelok setelah kepimpinan Trump. Hubungan investasi dan perdagangan kini berjalan unilateral.
"AS secara sepihak menyampaikan, meng-impuls (memantik) tarif Trump tiba-tiba menerapkan kepada negara tetangganya, Nafta, tiba-tiba tetangga dikenakan tarif 10% untuk dan energi 25% untuk komoditas lainnya," kata Sri Mulyani.
Adapun, pengenaan tarif yang lebih tinggi ini sudah dikenakan sejak masa pemerintahan Trump periode pertama 2017-2021. Pada periode kedua, tarif terhadap negara-negara tetangga tersebut ditambah 10%.
"Reaksinya sungguh luar biasa cek Google ini luar biasa negatif," ungkapnya.
Di tengah perang dagang ini, Sri Mulyani mengatakan Presiden Prabowo Subianto mengingatkan bahwa Indonesia harus memperkuat diri karena ini adalah situasi yang tidak biasa dan sangat unilateral.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini: