Rasio Elektrifikasi Capai 99%, Pemerintah Percepat Listrik Masuk Desa

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mempercepat perluasan akses energi melalui program Listrik Desa (Lisdes) dan Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL). Program ini dijalankan sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto untuk memastikan pemerataan energi ke seluruh pelosok Indonesia, terutama di wilayah yang sebelumnya belum terjangkau.

"Di desa-desa terpencil, cahaya listrik kini menjadi simbol kehadiran negara dan pembuka jalan bagi kesempatan sosial-ekonomi. Listrik tidak lagi hanya aspek penerangan, namun meningkatkan pula akses pendidikan, produktivitas, dan taraf hidup masyarakat," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia di Jakarta, dikutip Rabu (22/10/2025).

Kementerian ESDM mencatat, program Listrik Desa menjangkau 10.068 lokasi dan memberi manfaat bagi lebih dari 1,2 juta calon pelanggan baru. Sementara itu, realisasi BPBL periode 2024 diterima 155.429 rumah tangga, dan untuk periode Januari-September 2025 sebanyak 135.482 rumah tangga terpasang dari target 215.000 rumah hingga akhir 2025.

"Program ini menjadi bukti komitmen pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat sekaligus memperkuat pondasi pemerataan energi nasional," kata dia.

Bahlil menyebut, rasio elektrifikasi nasional kini mencapai 99,1%. Wilayah yang belum terjangkau merupakan daerah dengan tantangan geografis tinggi karena rumah-rumah warga tersebar di pulau-pulau kecil dan pedalaman.

Untuk menjawab tantangan itu, pemerintah mempercepat pembangunan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

"Perubahan arah kebijakan juga mencakup transformasi menuju energi yang bersih dan berkelanjutan. Pemerintah sudah meresmikan puluhan pembangkit energi terbarukan, mempercepat proyek PLTS berkapasitas 100 gigawatt, dan melibatkan koperasi desa dalam transisi energi. Ekonomi dan ekologi tidak harus dipertentangkan. Keduanya bersinergi menciptakan fondasi pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, dan merata," kata Bahlil.

Dia menegaskan selain menciptakan pemerataan energi, kehadiran listrik juga memicu pertumbuhan ekonomi lokal. Masyarakat desa kini dapat memperluas kegiatan produktif di malam hari dan mengembangkan usaha kecil yang bergantung pada sumber daya listrik.

"Setelah 80 tahun merdeka, tidak selayaknya ada warga yang masih mengalami gelap gulita," tegas Bahlil.

Perubahan ini dirasakan oleh Ruslam, warga Desa Bandar Jaya, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Dia menyebut kehidupannya kini jauh lebih efisien sejak mendapat sambungan listrik dari program BPBL.

"Alhamdulillah, sekarang rumah kami terang, tanpa harus mikir beli bensin tiap malam. Anak-anak bisa belajar sampai malam, istri bisa menjahit tanpa terburu-buru, dan saya bisa istirahat dengan tenang," ucap Ruslam.

Sementara itu, di Kampung Iraiweri, Distrik Anggi, Pegunungan Arfak, listrik hadir melalui Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Anggi.

"Semua rumah itu harus dapat listrik, supaya untuk kami punya anak-anak kami itu bisa belajar, mamak-mamak bisa masak dengan (penerangan) lampu. Saat saya lahir di sini, kami belum ada lampu. Kami bikin api. Kami baca, belajar, itu pasang, bikin gelegar untuk jadi pelita," ungkap Elias Inyomusi, salah satu warga setempat.

Sebagai informasi, pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi 100% dapat tercapai pada 2030. Langkah ini menjadi bagian agenda pembangunan nasional untuk meningkatkan daya saing, memperkuat pemerataan ekonomi, dan memastikan tidak ada lagi warga yang hidup dalam kegelapan.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Alamak! 1,3 Juta Rumah Tangga RI Belum Berlistrik

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |