Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menuding derasnya impor etanol dan molase (tetes tebu) asal Thailand sebagai penyebab utama harga tetes lokal jeblok. Produk impor tersebut membuat hasil petani tak terserap industri dan memicu harga anjlok tajam.
Ketua Umum APTRI Fatchuddin Rosyidi mengungkapkan, harga tetes tebu di tingkat petani sebelumnya stabil di kisaran Rp2.100-Rp2.400 per kilogram (kg) selama lima tahun terakhir. Namun, sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 16 Tahun 2025 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, harga terjun bebas menjadi Rp900 per kg.
"Permendag 16/2025 telah berdampak pada penurunan harga tetes tebu di tingkat petani menjadi Rp900 per kg, lantaran tetes produksi petani lokal menumpuk dan tidak terserap industri," kata Fatchuddin saat ditemui di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (19/9/2025).
Ia menyebut regulasi tersebut membuka keran impor tetes tebu dari Thailand untuk kebutuhan etanol. "Kemudian tiba-tiba ada Permendag (Peraturan Menteri Perdagangan) yang membolehkan impor tetes dari Thailand untuk digunakan etanol," ujarnya.
Fatchuddin mengatakan produk yang masuk dari Thailand tidak hanya tetes tebu mentah, tetapi juga etanol siap pakai. "Jadi (impor) dari Thailand ada dua produk, ada yang sudah jadi etanol dan mentah," terang dia.
Menurutnya, ketika pintu impor dibuka, industri lebih memilih produk asal Thailand karena dinilai lebih murah, sehingga tetes tebu lokal terbengkalai.
"Selama 5 tahun ini nggak pernah namanya tetes tebu turun. Begitu ada Permendag 16/2025 ini, ya dari Permendag itu, kemudian turun (harganya anjlok). Kenapa? Dibolehkan impor dari Thailand," ungkapnya.
Kondisi ini kian mengkhawatirkan karena serapan tetes tebu petani baru mencapai 40% dari total produksi 1,6 juta ton. Artinya, sekitar 60% stok masih menumpuk di tangki pabrik.
Fatchuddin pun memperingatkan, bila penumpukan berlanjut, pabrik gula berisiko menghentikan produksi.
"Kapasitas penyimpanan terbatas. Bila tangki penuh, pabrik dipaksa berhenti menggiling," ujarnya.
Respons Pemerintah
Merespons hal itu, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menyampaikan, Presiden Prabowo Subianto telah secara resmi menginstruksikan larangan terbatas (lartas) impor etanol. Kebijakan ini nantinya akan dituangkan dalam bentuk Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag).
"Alhamdulilah, hari ini atas arahan Bapak Presiden Republik Indonesia (Prabowo Subianto), khusus ethanol kita akan terbitkan Lartas, larangan terbatas impor. Ini kita impor sesuai kebutuhan. Kalau dalam negeri bisa terpenuhi, impor ditiadakan," ujar Amran dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (19/9/2025).
Amran menilai keputusan ini strategis karena berpihak pada kepentingan petani. "Ini keputusan yang sangat strategis diperintahkan oleh Bapak Presiden. Nah, inilah kebijakan yang diambil oleh Bapak Presiden, berpihak kepada petani Indonesia," tegasnya.
Amran menuturkan, pemerintah telah bergerak cepat untuk memastikan payung hukum kebijakan tersebut segera keluar.
"Langsung Pak Mendag kami komunikasi, juga kami sudah lapor ke Pak Menko Pangan (Zulkifli Hasan) dan Menko Ekonomi (Airlangga Hartarto), mudah-mudahan hari ini keluar (lartasnya), paling lambat Senin atau Selasa (payung hukum Lartas etanol diterbitkan)," jelasnya.
Ia menambahkan, aturan itu akan dituangkan langsung dalam Permendag. "Dalam bentuk Permendag," kata Amran.
Saat ditanya apakah aturan lama dalam Permendag Nomor 16 Tahun 2025 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor akan direvisi, ia hanya menjawab singkat, "Nanti tunggu saja."
Amran menegaskan arahan ini langsung datang dari Presiden Prabowo. "Langsung Bapak Presiden, kemarin," ujarnya.
Saat ditanya apakah kebijakan ini akan berupa instruksi presiden (Inpres), ia menegaskan, "Bukan, langsung Permendag."
Foto: Konferensi pers tentang Lartas Impor Ethano dan Singkong di kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Jumat (19/9/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Konferensi pers tentang Lartas Impor Ethano dan Singkong di kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Jumat (19/9/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Harga Tetes Tebu Anjlok, Petani Teriak