Peneliti Islam Asal Belanda Ungkap Kebiasaan Warga RI Jelang Lebaran

8 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Lebaran tinggal menghitung hari. Biasanya, dari jauh-jauh hari warga Muslim Indonesia sudah mulai menyemarakkan perayaan istimewa tersebut. Salah satunya adalah lewat pembelian baju baru. 

Sejarah mencatat membeli baju baju saat lebaran ternyata sudah dilakukan Muslim Indonesia ratusan tahun lalu. Hal ini dibuktikan dengan kesaksian orang-orang Belanda atas fenomena demikian hingga membuat heran. Sebab, warga Indonesia lebih memilih memborong baju bukan pergi ke pasar membeli daging. 

Salah satunya adalah kesaksian peneliti Islam asal Belanda, Snouck Hurgronje, pada 1906 di Aceh. Ketika itu, dia melihat warga Aceh punya kebiasaan unik, yakni memilih belanja baju baru dibanding daging saat menjelang lebaran. Bahkan, pasar baju dan bahan sandang lain jauh lebih ramai di akhir masa puasa dibanding pasar bahan pangan. 

Dalam memoar Aceh di Mata Kolonialis (1906) Snouck bercerita, bahwa kebiasaan ini didasari oleh budaya kasih sayang atau penghargaan suami ke anak atau istri di Hari Raya Lebaran yang diukur dari barang belanja, mulai dari baju baru hingga terakhir bahan pangan. 

Selain itu di Batavia juga terjadi hal serupa. Pada 1904, Snouck juga menulis saat lebaran terdapat banyak pesta yang disertai hidangan makanan khas lebaran, silaturahmi ke kerabat, pembelian pakaian baru, dan hiburan.

Sama seperti di Aceh, Snouck juga mencatat, pembelian pakaian baru, petasan, dan makanan bisa memakan uang lebih banyak dibanding hari biasanya. Hal ini bisa terjadi karena warga menganggap lebaran sebagai hari yang istimewa.

Pada sisi lain, tradisi lebaran seperti ini dianggap pemerintah kolonial sebagai pemborosan. Dua pejabat kolonial Stienmetz dan De Wolff mengaku keberatan atas tradisi lebaran oleh warga Muslim Indonesia. Banyak pegawai pribumi yang mengadakan pesta lebaran secara besar, tetapi modalnya dari meminjam uang.

Selain itu, terkadang perayaan lebaran juga digelar oleh bupati di kantor pemerintah yang memakai kas negara. Pemakaian kas negara tentu saja membuat kas menjadi boncos. Atas dasar ini, keduanya mengajukan larangan perayaan lebaran dengan mengacu pada aturan kolonial yang melarang penggunaan kas negara untuk kegiatan tidak penting.

Meski begitu, Snouck Hurgronje tak setuju atas pelarangan tersebut.

"Tidak ada alasan tepat untuk mengadakan imbauan agar membatasi perayaan lebaran. [...] Bahkan, dengan cara itu pun (pelarangan) belum tentu orang akan dapat lebih membangkitkan hasrat berhemat," kata pria yang menjabat sebagai penasehat agama Islam tersebut, dikutip dari Nasihat-Nasihat Snouck Hurgronje Jilid IV (1991).

Selain itu, Snouck juga menyebut perayaan lebaran sudah menjadi kebiasaan umat Muslim di Indonesia, jadi tak perlu ada pelarangan karena dikhawatirkan bisa membuat repot. Pada akhirnya, pernyataan Snouck itu terbukti: lebaran dan berbagai kebiasaan yang mengikuti, termasuk beli baju baru, tetap berlangsung hingga sekarang. Sekalipun semua itu awalnya membuat kaget orang asing. 


(mfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |