Jakarta, CNBC Indonesia - Plt. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati memperingatkan adanya ancaman serius yang mengintai umat manusia dan bumi. Ancaman itu pernah menyebabkan kepunahan massal jutaan tahun lalu.
Dia memaparkan, tahun 2024 resmi menjadi tahun terpanas dalam sejarah pencatatan instrumental, dengan suhu rata-rata global mencapai 1,55 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Angka ini melampaui batas ambang Perjanjian Paris yang telah disepakati secara global untuk mencegah krisis iklim.
Hal itu disampaikannya dalam Forum Inovasi Climate Smart Indonesia di Jakarta, Senin (5/5/2025). Dalam pidatonya, Dwikorita mengungkapkan, perubahan suhu yang terjadi saat ini jauh lebih cepat dibanding perubahan iklim yang pernah menyebabkan kepunahan massal jutaan tahun lalu.
"Jika punahnya dinosaurus dipicu oleh perubahan suhu yang berlangsung dalam jutaan tahun, kita sekarang mengalami lonjakan serupa hanya dalam 30 hingga 40 tahun," kata Dwikorita dalam keterangannya, dikutip Selasa (6/5/2025).
Dia pun mengingatkan sejumlah ancaman yang dapat menimpa bumi dan umat manusia jika laju perubahan iklim itu tak segera dicegah dengan upaya-upaya mitigasi, melibatkan semua pihak.
"Percepatan ini menjadi indikator serius akan krisis iklim yang tengah berlangsung. Tanpa upaya mitigasi yang kuat dan kolaboratif, perubahan suhu yang ekstrem ini berpotensi membawa dampak besar terhadap stabilitas ekosistem, ketahanan pangan, serta keselamatan umat manusia di berbagai belahan dunia," tukasnya.
"Perubahan iklim tidak hanya menyebabkan cuaca ekstrem, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit menular, malnutrisi, gangguan kesehatan mental, hingga memburuknya kualitas hidup masyarakat. Perubahan pola curah hujan dan suhu berkontribusi terhadap meningkatnya kasus infeksi berbasis air dan makanan, seperti kolera dan salmonella, serta penyakit akibat gigitan serangga seperti demam berdarah dan Lyme disease," tegasnya.
Dwikorita membeberkan data observasi BMKG yang menunjukkan tren peningkatan suhu yang terus berlanjut sejak tahun 1981. Tahun 2024 mencatat suhu rata-rata nasional tertinggi sebesar 27,52°C.
"Kondisi ini bukan sekadar anomali, tetapi bukti nyata bahwa krisis iklim telah berlangsung dan akan berdampak langsung pada sektor-sektor vital, termasuk kesehatan publik," ucapnya.
"Ini bukan hanya soal cuaca panas. Ini adalah tanda bahwa kita sedang bergerak menuju titik kritis yang bisa mengancam keberlangsungan hidup manusia," tukas Dwikorita.
Untuk itu, sambungnya, BMKG bersama dengan Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), didukung Institute for Health Modeling and Climate Solutions (IMACS) dan Mohamed bin Zayed University of Artificial Intelligence (MBZUAI) mengembangkan inisiatif Climate Smart Indonesia. Sistem peringatan dini multi-bahaya yang berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Dia menjelaskan, sistem ini dirancang tidak hanya untuk memperingatkan potensi bencana alam seperti gempa dan tsunami, tetapi juga untuk mendeteksi dini lonjakan penyakit yang sensitif terhadap iklim.
"Dengan teknologi saat ini, BMKG bisa memprediksi musim hingga enam bulan ke depan dengan akurasi 85 persen. Dengan bantuan AI, prediksi ini bisa lebih akurat dan presisi, hingga skala kota, kabupaten atau bahkan satu desa," ujarnya.
"Kita sedang berpacu dengan waktu. Semakin cepat kita bertindak, semakin besar peluang kita menyelamatkan masyarakat dari dampak paling buruk perubahan iklim. Kolaborasi adalah satu-satunya jalan," tutup Dwikorita.
Foto: Plt Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Forum Inovasi Climate Smart Indonesia yang diselenggarakan di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta, Senin (5/5/2025). (Dok. BMKG)
Plt Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Forum Inovasi Climate Smart Indonesia yang diselenggarakan di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta, Senin (5/5/2025). (Dok. BMKG)
(dce/dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Prabowo Ingin Petani Makmur Punya Mobil dan Rumah
Next Article Petaka Ancam Jawa Tengah, Kepala BMKG Langsung Datangi Gubernur Jateng