Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (persero) mengungkapkan bahwa kapasitas pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) bisa dinaikkan, salah satunya dengan pembangunan jaringan transmisi 'raksasa' hijau alias Green Enabling Supergrid hingga tahun 2034 mendatang.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, melalui Green Enabling Supergrid ini, pembangkit berbasis EBT seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) bisa meningkat hingga 33 Giga Watt (GW) dari rencana awal "hanya" 16 GW.
"Nah, dengan adanya Green Enabling Supergrid ini, maka pemanfaatan pembangkit hidro dan panas bumi yang tadinya hanya 16 GW bisa dinaikkan menjadi 33 GW," jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Jakarta, dikutip Kamis (15/5/2025).
Dengan jaringan transmisi hijau tersebut, menurutnya ini bisa mengantarkan listrik dari daerah terpencil yang jauh dari pusat permintaan ke pusat permintaan listrik yang mayoritas berada di Pulau Jawa.
Rencananya, perusahaan akan membangun jaringan listrik dengan panjang lebih dari 1 keliling bumi yakni sepanjang 48 ribu kilometer sirkuit hingga tahun 2034 mendatang.
Dia mengungkapkan bahwa rencana pembangunan Green Enabling Supergrid/Transmission tersebut sudah seperti yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034.
"Untuk sampai 2034, ada 48 ribu kilometer sirkuit transmission line. Nah, keliling bumi 42 ribu, jadi ini keliling bumi masih ada 7 ribu kilometer sampai 2034," imbuhnya.
Lebih masif lagi, dia mengungkapkan pihaknya hingga tahun 2040 mendatang akan membangun jaringan hingga 63 ribu kilometer sirkuit.
Pembangunan jaringan transmisi yang panjang tersebut, lanjut Darmawan, tidak lain lantaran sumber EBT di Indonesia terhitung jauh dari pusat kebutuhan listrik dalam negeri. Hal tersebut juga dinilai bisa meningkatkan pemanfaatan sumber energi di dalam negeri alih-alih melakukan impor.
"Nah, untuk itu, dengan adanya Green Enabling Supergrid ini, kami mendekati sumber-sumber pembangkit EBT dan juga langsung bisa menyalurkan EBT ke pusat demand," ungkapnya.
Dengan begitu, Darmawan menilai pembangunan jaringan transmisi di Indonesia bisa dikembangkan bersama secara komersial dengan tetap didukung oleh pemerintah.
"Kami mengakui program-program pengembangan dari pembangkit itu secara komersial sangat viable dan ini bankable, sehingga kalau yang dibangun oleh swasta dan pengembang, ini risiko sudah de-risking, jadi risikonya sudah bisa dikelola dengan baik, maka bisa dengan mudahnya adanya financial closing. Tetapi, untuk yang Green Enabling Transmission Line dengan low rate of return dengan high cost, tentu saja ini pemerintah butuh hadir dalam program-program pengembangan transmisi nasional ini," tandasnya.
(wia)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Jurus ARKO Kejar Target Produksi Listrik Bersih 200 MW
Next Article 3 Bulan Jadi Presiden, Prabowo Resmikan Proyek Energi Terbesar Dunia