Kabar Baru! China Mau Investasi Teknologi Sawit Terkini Rp149 T di RI

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha sawit dalam negeri saat ini tengah mempertimbangkan untuk memperbarui teknologi pengolahan crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit.

Upaya ini dilakukan untuk mengurangi jumlah emisi karbon yang disebabkan oleh proses pengolahan sawit. Selain itu, perubahan teknologi juga untuk menjaga nutrisi dari sawit itu sendiri.

Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Sahat Sinaga mengatakan perubahan teknologi ini dilakukan karena teknologi yang sudah ada mulai usang. Selain itu, perubahan teknologi digunakan untuk meningkatkan kualitas sawit, emisi gas buang, dan nutrisi sawit itu sendiri.

"Perubahan teknologi pengolahan minyak sawit sudah mulai ketinggalan zaman, dan dilakukan untuk mengurangi emisi karbon yang cukup tinggi, menjaga nutrisi sawit itu sendiri, dan meningkatkan kualitasnya," kata Sahat kepada CNBC Indonesia, Kamis (15/5/2025).

Adapun DMSI saat ini tengah menjajaki kerja sama dengan Agro Investama Group terkait perubahan teknologi ini. Selain itu, DMSI juga telah bertemu dengan Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya atas kreatifitas teknologi dalam hal sawit.

"Kami bekerja sama dengan Agro Investama Group untuk mengembangkan teknologi pengolahan sawit dengan cara dry process. Kami juga telah bertemu dengan Menteri Ekonomi Kreatif membahas kreatifitas teknologi ini," ungkapnya.

Saat itu, China mulai tertarik untuk berinvestasi dalam bentuk mesin-mesin sebesar US$ 9 miliar atau sekitar Rp 148,59 triliun (asumsi kurs Rp 16.510/US$).

Namun, pihak China meminta untuk dapat membeli emisi karbon dan hasil produksi sawit sebesar 35%.

"China akan bersedia memberikan bantuan investasi mesin pengolahan sebesar US$ 9 miliar, dan mereka juga berniat ingin membantu petani kita, dengan catatan mereka diberikan hak untuk membeli emisi karbon itu dan 35% dari hasil produksi sawit model baru bernutrisi tinggi, saat ini kami dengan China tengah dalam proses penjajakan," ujar Sahat.

Menurutnya, investasi tersebut direncanakan berlangsung selama tujuh tahun dan dimulai pada 2026.

Dana tersebut akan difokuskan untuk pembangunan mesin-mesin tandan buah segar (TBS) dan pihaknya berharap nantinya petani dapat memanfaatkan lebih baik tidak hanya dari produksi, tetapi juga mendapat keuntungan dari penjualan emisi karbon.

Sahat menambahkan dengan adanya perubahan teknologi, diharapkan kualitas sawit indonesia bukan lagi diremehkan oleh banyak negara, melainkan dapat berkualitas lebih baik.

"Kami berharap dengan adanya perubahan teknologi ini, kualitas sawit kita nantinya bukan lagi menjadi loyang, tetapi menjadi emas," pungkasnya.


(chd/haa)

Saksikan video di bawah ini:

Bisnis Karbon Jadi Strategi PLN Capai Target Indonesia Bebas Emisi

Next Article Setoran Pajaknya Lancar, Begini Kondisi Dunia Usaha Selama 2024

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |