Sentimen Pekan Depan
Gelson Kurniawan, CNBC Indonesia
21 December 2025 13:00
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan global dan domestik bersiap menyambut pekan perdagangan terakhir jelang libur Natal (22-26 Desember 2025) dengan optimisme baru.
Angin segar bertiup kencang dari Amerika Serikat (AS) setelah data inflasi anjlok drastis ke level 2,7%, jauh di bawah ekspektasi pasar.
Sentimen positif ini menjadi modal kuat bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk melanjutkan penguatan atau yang dikenal dengan fenomena Santa Claus Rally.
Mengingat dalam jendela waktu 10 tahun terakhir, bulan Desember hampir selalu ditutup pada zona hijau kecuali pada tahun 2022 dan 2024 yang mengindikasikan probabilitas ditutup menghijau sebesar 80%.
Namun, pelaku pasar tetap perlu waspada mencermati lima data ekonomi krusial yang akan dirilis pekan depan, mulai dari pertumbuhan ekonomi AS hingga keputusan suku bunga China.
Berikut adalah 5 sentimen utama yang akan menggerakkan pasar pekan depan:
GDP AS Kuartal III: Konfirmasi Skenario 'Soft Landing'
Sorotan utama investor global akan tertuju pada rilis final Pertumbuhan Ekonomi (GDP) AS untuk kuartal III-2025. Konsensus pasar memproyeksikan ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh melambat ke level 3,2%, turun dari estimasi sebelumnya yang berada di angka 3,8%.
Dalam konteks normal, perlambatan ekonomi adalah kabar buruk. Namun saat ini, angka 3,2% justru menjadi sinyal yang dinanti pasar.
Perlambatan yang terukur ini-dikombinasikan dengan inflasi yang sudah jinak di 2,7%-mengonfirmasi bahwa skenario Soft Landing sedang berjalan mulus.
Ekonomi AS mendingin cukup untuk menekan inflasi, namun tetap tumbuh cukup kuat untuk menghindari resesi.
Ini memberikan karpet merah bagi The Federal Reserve untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga secara agresif tanpa keraguan.
Bunga Pinjaman China (LPR): Stimulus Masih 'Ditahan'
Dari kawasan Asia, perhatian tertuju pada keputusan Bank Sentral China (PBoC) terkait suku bunga pinjaman acuannya atau Loan Prime Rate (LPR).
Konsensus pasar memperkirakan PBoC masih akan mengambil langkah konservatif dengan menahan LPR tenor 1 tahun di 3,0% dan tenor 5 tahun di 3,5%.
Keputusan status quo ini berpotensi direspons dingin oleh pelaku pasar, khususnya di sektor komoditas. Mengingat data penjualan ritel China yang baru saja dilaporkan anjlok (hanya tumbuh 1,3%), investor sebenarnya berharap ada stimulus moneter instan untuk memacu permintaan domestik.
Sikap hati-hati Beijing ini menandakan bahwa harga komoditas energi dan logam industri mungkin akan bergerak terbatas (sideways) pekan depan karena belum adanya dorongan likuiditas baru.
Klaim Pengangguran AS: Pasar Tenaga Kerja Mendingin Terukur
Melengkapi data GDP, pasar juga akan memantau rilis data Initial Jobless Claims (klaim pengangguran awal). Konsensus memproyeksikan angka klaim akan sedikit meningkat menjadi 225.000 - 226.000, dari posisi sebelumnya 224.000.
Kenaikan tipis ini sejalan dengan tren tingkat pengangguran AS yang merangkak ke 4,6%. Bagi The Fed, data ini adalah validasi bahwa pasar tenaga kerja sedang mendingin secara alami.
Belum ada gelombang PHK massal yang memicu kepanikan, namun tekanan upah mulai mereda. Kondisi ini memperkuat alasan bagi bank sentral untuk melakukan pelonggaran moneter demi menjaga stabilitas pasar kerja agar tidak retak lebih dalam.
Uang Beredar (M2) RI: Menanti 'Bensin' Window Dressing
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) dijadwalkan merilis data Uang Beredar dalam arti luas (M2) periode terbaru. Pada periode sebelumnya, M2 tercatat tumbuh 7,7% secara tahunan (yoy).
Data ini menjadi indikator krusial di penghujung tahun. Pelaku pasar berharap melihat adanya akselerasi pertumbuhan M2 sebagai sinyal bahwa belanja pemerintah dan masyarakat mulai mengalir deras jelang libur Natal dan Tahun Baru.
Jika M2 tumbuh stagnan, hal ini akan memvalidasi kekhawatiran terkait tingginya "kredit nganggur" (undisbursed loan) perbankan yang tembus Rp 2.509 triliun.
Sebaliknya, lonjakan likuiditas M2 akan menjadi katalis positif bagi saham sektor ritel dan perbankan, sekaligus bahan bakar bagi aksi Window Dressing.
Pengangguran Jepang: Lampu Hijau Normalisasi BoJ
Terakhir, data tingkat pengangguran Jepang diproyeksikan bertahan stabil di level rendah 2,6%. Angka ini mencerminkan kondisi full employment di Jepang, di mana pasar tenaga kerja sangat ketat.
Stabilitas ini menjadi modal politik yang kuat bagi Bank of Japan (BoJ). Dengan rakyat yang bekerja penuh dan neraca dagang yang surplus, BoJ memiliki kepercayaan diri lebih untuk menormalisasi kebijakan (menaikkan suku bunga) guna melawan inflasi yang diprediksi menembus 3,0%.
Bagi pasar valuta asing, data tenaga kerja yang solid ini berpotensi menjaga tren penguatan mata uang Yen, yang perlu diantisipasi oleh emiten domestik dengan eksposur utang dalam mata uang tersebut.
Berikut adalah kesimpulan dari masing-masing indikator di atas:
Jadwal Libur Bursa Natal & Tahun Baru 2026
Bagi para investor dan trader yang hendak memaksimalkan momentum yang ada saat ini di penghujung tahun, wajib memperhatikan penyesuaian kalender perdagangan.
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah resmi mengumumkan jadwal libur bursa dalam rangka perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.
Berikut adalah rincian hari libur bursa di mana tidak ada aktivitas perdagangan:
-
Kamis, 25 Desember 2025: Libur Hari Raya Natal.
-
Jumat, 26 Desember 2025: Cuti Bersama Hari Raya Natal.
-
Rabu, 31 Desember 2025: Libur Bursa (Tutup Tahun).
-
Kamis, 1 Januari 2026: Libur Tahun Baru 2026.
Dengan jadwal tersebut, kesempatan terakhir untuk bertransaksi di tahun 2025 hanya tersisa 5 hari lagi pada tanggal 22, 23, 24, 29, dan 30 Desember 2025.
Jam perdagangan pada kedua hari tersebut berlaku normal (Sesi 1: 09.00-12.00 WIB & Sesi 2: 13.30-15.49 WIB).
Perdagangan perdana tahun 2026 akan dibuka kembali pada Jumat, 2 Januari 2026. Mengingat hari tersebut jatuh pada hari Jumat, maka berlaku penyesuaian waktu perdagangan khusus:
-
Sesi 1: 09.00 - 11.30 WIB.
-
Sesi 2: 14.00 - 15.49 WIB.
Investor juga diimbau untuk memperhatikan penyesuaian penyelesaian transaksi (settlement T+2) di masing-masing sekuritas, agar strategi investasi akhir tahun dapat berjalan lancar tanpa kendala administratif.
-
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)

10 hours ago
4

















































