Ini Aset yang Dibeli Warren Buffett Saat Pasar Saham Anjlok

2 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor legendaris Warren Buffett hampir menggandakan kepemilikan kas, obligasi pemerintah AS, dan aset likuid lainnya sepanjang tahun lalu menjadi US$334 miliar atau sekitar Rp 5.475,5 triliun. Jika dikurangi dengan kewajiban pembayaran obligasi pemerintah, jumlahnya mencapai US$321 miliar.

Melansir Business Insider, lonjakan kas ini sebagian besar disebabkan oleh penjualan bersih saham senilai US$134 miliar sepanjang 2024. Selain itu, Berkshire hanya menghabiskan kurang dari US$3 miliar untuk pembelian kembali sahamnya sendiri dan menghentikan buyback sepenuhnya pada paruh kedua tahun lalu.

Sebagai perbandingan, Berkshire menjual saham senilai US$24 miliar dan membeli kembali lebih dari US$9 miliar sahamnya sendiri pada 2023. Buffett meyakinkan para pemegang saham dalam surat tahunannya pada Februari lalu bahwa sebagian besar dana mereka tetap diinvestasikan di ekuitas.

"Terlepas dari pandangan beberapa komentator yang menganggap posisi kas Berkshire luar biasa, sebagian besar uang Anda tetap berada di saham," tulis Buffett dalam suratnya. Hingga saat ini, Buffett tidak memberikan komentar atas berbagai spekulasi mengenai keputusannya.

Pada awal 2024, Berkshire memiliki sekitar 906 juta saham Apple senilai US$174 miliar, yang menyumbang 49% dari total nilai portofolio sahamnya. Namun, dalam sembilan bulan, kepemilikan ini dikurangi 67% menjadi hanya 300 juta saham dengan nilai US$75 miliar pada akhir Desember.

Selain itu, Buffett dan timnya memangkas kepemilikan saham Bank of America sebesar 34% menjadi 680 juta saham pada paruh kedua 2024. Nilai kepemilikan ini turun dari US$41 miliar menjadi kurang dari US$30 miliar.
Penurunan saham Apple dan Bank of America sejak akhir 2024 masing-masing mencapai 19% dan 17%. Meski begitu, saham Apple masih naik 9% sejak awal 2024, yang berarti Buffett meninggalkan potensi keuntungan dengan menjualnya lebih awal.

Jika Buffett tetap mempertahankan seluruh kepemilikan saham Apple sepanjang 2024, nilainya akan mencapai sekitar US$190 miliar. Sementara itu, saham Bank of America saat ini masih diperdagangkan di kisaran US$40, sama seperti pada akhir Juni 2024, sehingga tidak ada keuntungan atau kerugian besar dari penjualannya.

Pasar saham sendiri mengalami tekanan, dengan indeks S&P 500 turun 10% dan Nasdaq Composite turun 14% sejak mencapai rekor tertinggi pada 19 Februari. Kekhawatiran resesi akibat kebijakan pemerintahan Trump menambah ketidakpastian di pasar.

Penting untuk melihat ke mana Buffett mengalokasikan hasil penjualannya. Kepemilikan obligasi pemerintah AS saat ini lebih menguntungkan dibanding sebelumnya, dengan imbal hasil obligasi satu tahun naik dari di bawah 1% menjadi lebih dari 4% dalam tiga tahun terakhir.

Kenaikan ini terutama dipicu oleh inflasi yang meningkat, yang mendorong Federal Reserve menaikkan suku bunga guna menekan laju kenaikan harga. Buffett mengungkapkan bahwa ia nyaman menambah posisi kas dalam kondisi saat ini.

"Saya sama sekali tidak keberatan membangun posisi kas di situasi seperti ini," kata Buffett dalam rapat tahunan Berkshire tahun lalu. Ia menilai alternatif investasi di pasar saham saat ini kurang menarik dibandingkan obligasi pemerintah.

Sebagai investor jangka panjang yang telah memegang saham seperti Coca-Cola dan American Express selama puluhan tahun, kecil kemungkinan Buffett menjual saham karena memprediksi kejatuhan pasar. Ia juga tidak terlalu memedulikan pergerakan harga saham dalam jangka pendek.

Buffett sebelumnya menyatakan ketidaksukaannya terhadap saham perbankan dan melihat imbal hasil obligasi yang lebih tinggi serta potensi kenaikan pajak capital gain sebagai alasan untuk mengurangi kepemilikan saham Apple. Ia juga menilai tidak banyak peluang investasi menarik di tengah valuasi tinggi perusahaan publik dan swasta.

Namun, perlu diingat bahwa laporan portofolio kuartalan hanya memberikan gambaran terbatas mengenai strategi investasi seseorang. Data ini hanya mencerminkan kepemilikan pada satu hari tertentu dengan jeda waktu enam minggu, serta tidak mencakup saham yang dijual pendek, investasi asing, atau aset non-saham lainnya.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Berkah Ramadan, Investasi Sektor Mana Nih Yang Bakal "Cuan"?

Next Article Emiten Warren Buffett Bayar Pajak Rp 314 T Usai Cuan Jumbo Saham Apple

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |