Hyundai Teriak Status Darurat, Ramai-Ramai Bos Potong Gaji

7 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan baja pertama Korea Selatan Hyundai Steel mengumumkan status manajemen darurat pada hari Jumat (14/3/2025). Alhasil, gaji eksekutif dipangkas sebesar 20%, termasuk mengumumkan program pensiun sukarela untuk semua karyawan.

Hyundai Steel memangkas gaji semua eksekutif dan akan menerapkan langkah-langkah penghematan biaya, termasuk meminimalkan perjalanan bisnis ke luar negeri karena memasuki status manajemen darurat.

Pembuat baja tersebut juga mengatakan bahwa mereka "mempertimbangkan" program PHK sukarela untuk semua karyawan guna "menghemat biaya hingga batas yang sangat ekstrem."

Keputusan tersebut disebabkan karena pengenaan tarif 25% oleh AS terhadap impor baja Korea, faktor lainnya karena profitabilitas yang menurun karena pasar domestik menghadapi persaingan yang semakin ketat dari para pesaing Tiongkok dan Jepang.

Tarif 25% AS terhadap produk baja juga menimbulkan tantangan besar bagi perusahaan. Pada Rabu, Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif 25% pada produk baja dari Korea, yang secara efektif membatalkan hingga 2,63 juta ton kuota bebas tarif tahunan yang telah disetujui AS dengan Korea pada tahun 2018.

Bulan lalu, Korea Investors Service memperkirakan bahwa pembuat baja domestik akan menghadapi biaya tambahan hingga US$890 juta jika AS mengenakan tarif logam sebesar 25% seperti yang direncanakan. Namun, dengan AS mengenakan tarif pada produk yang terbuat dari baja dan aluminium, biayanya tampaknya lebih tinggi dari yang diperkirakan.

Adapun yang menambah kerugian bagi Hyundai Steel adalah konflik yang sedang berlangsung dengan serikat pekerjanya.

Hyundai Steel telah berjuang dengan negosiasi upah dengan serikat pekerja sejak September tahun lalu, terutama karena masalah seperti bonus kinerja. Serikat pekerja telah melakukan beberapa putaran pemogokan dan melanjutkan aksi mogoknya pada hari Rabu sebagai bentuk protes.

Manajemen Hyundai Steel baru-baru ini mengusulkan rencana bonus kinerja rata-rata 26,5 juta won per orang, tetapi serikat pekerja menolaknya, menuntut kenaikan gaji pokok dan insentif yang lebih tinggi.

Pada bulan Januari, Hyundai Steel melaporkan pendapatan sebesar 23,23 triliun won dan laba operasi sebesar 314,4 miliar won untuk tahun sebelumnya, yang menunjukkan penurunan tahun-ke-tahun masing-masing sebesar 10,4% dan 60,6%. Namun, pada tanggal 24 Februari, perusahaan merevisi laba operasinya, menguranginya sebesar 80 persen menjadi 159,5 miliar won, yang mencerminkan dampak dari rencana bonus kinerja.

"Meskipun kami telah melanjutkan negosiasi pada hari Kamis, kami gagal mencapai kesepakatan," kata seorang pejabat Hyundai Steel dilansir dari Korea Times.

"Mengingat perselisihan perburuhan yang sedang berlangsung, kami khawatir bahwa konflik tersebut pasti akan berdampak negatif pada sektor industri dalam negeri," lanjutnya.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Dunia Pusing Akibat Kebijakan Tarif Trump, Indonesia Kena?

Next Article Video: Hyundai Motors Indonesia Punya Pemimpin Baru

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |