Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam pekan yang singkat ini, pasar saham Tanah Air masih mampu mencatatkan penguatan meskipun tidak signifikan, usai penurunan tajam yang terjadi pada Senin (1/9/2025) efek demo anarkis yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Investor asing pun terpantau telah kembali lagi ke Tanah Air dan memborong beberapa saham saat diskon besar.
Dalam sepekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,47% di level 7.867,35 hingga Kamis (4/9/2025). Penguatan terjadi usai IHSG sempat terperosok di level psikologis 7.500 pada perdagangan Senin kemarin.
Penguatan IHSG didorong oleh aksi borong asing di beberapa saham. Berikut 10 saham yang menjadi incaran asing dalam sepekan ini.
Meski kondisi Tanah Air sempat mencekam efek demo anarkis, beberapa data ekonomi RI cenderung tumbuh, sehingga mendorong optimisme investor asing untuk kembali ke pasar saham Tanah Air.
Pertama, aktivitas manufaktur Indonesia akhirnya masuk fase ekspansi di Agustus setelah terkontraksi empat bulan sebelumnya. Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global pada Senin (1/9/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 51,5 pada Agustus 2025 atau mengalami ekspansi. Laju ekspansi ini adalah yang pertama dalam lima bulan setelah PMI terkontraksi empat bulan beruntun sebelumnya.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.
S&P menjelaskan PMI Manufaktur ekspansif pada Agustus, didorong oleh peningkatan pada produksi dan volume pesanan baru.
Baik output dan pesanan baru mencatat pertumbuhan pertama dalam lima bulan dengan laju yang solid.
Kedua, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2025 tercatat deflasi 0,08%. Secara tahunan atau year on year, inflasi terjadi 2,31%.
Ketiga, Badan Pusat Statistik (BPS) menuturkan neraca perdagangan Indonesia Januari-Juli 2025 mengalami surplus US$23,65 miliar yang berasal dari surplus sektor nonmigas US$34,06 miliar, sementara sektor migas defisit senilai US$10,41 miliar.
"Surplus US$23,65 miliar yang dipicu oleh surplus pada sektor nonmigas US$34,06 miliar sementara sektor migas defisit US$10,41 miliar," kata Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa, BPS, Pudji Ismartini, Senin (1/9/2025).
BPS juga mencatat nilai ekspor Indonesia US$ 24,75 miliar pada Juli 2025, atau naik 9,86% dibandingkan Juli 2024.
Sementara impor mencapai US$ 20,57 miliar atau turun 5,96% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)