- Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam, IHSG melemah sementara rupiah menguat
- Wall Street berakhir beragam, hanya Nasdaq yang menguat
- Data ekonomi dan rebalancing MSCI akan menjadi penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Lagi-lagi pergerakan pasar keuangan tak sejalan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendarat di zona merah, sementara pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) parkir di zona penguatan. Jelang pengumuman rebalancing MSCI, pasar saham justru cenderung melemah pada perdagangan sebelumnya.
IHSG diperkirakan akan ditutup happy ending pada akhir perdagangan pekan ini, lantaran kabar dari rebalancing MSCI yang akan rilis dapat menjadi booster bagi pasar saham hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
IHSG pada perdagangan Kamis (7/8/2025) ditutup melemah 0,18% di level 7.490,18. Pelemahan tersebut mendorong IHSG meninggalkan level psikologis 7.500. Kini IHSG tengah berada di area konsolidasi alias fase akumulasi secara minor trend.
Sebanyak 353 saham turun, 286 naik, dan 317 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 16,47 triliun yang melibatkan 34,83 miliar saham dalam 2,02 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun merosot jadi Rp 13.434 triliun. Investor asing melanjutkan net buy sebesar Rp 666,09 miliar.
Mengutip Refinitiv, sektor teknologi menyeret IHSG ke bawah menjelang akhir sesi II. Hal ini seiring saham emiten konglomerat Toto Sugiri PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang merosot 10% ke level 312.300. Saham DCII berkontribusi 37,38 indeks poin terhadap IHSG.
Sebagai informasi, sebelumnya Bursa Efek Indonesia menggembok saham DCII selama lebih dari sepekan. Suspensi tersebut dilakukan seiring dengan kenaikan saham DCII yang mencapai lebih dari 100% dalam waktu sepekan.
Pada Rabu (6/8/2025), Bursa membuka suspensi saham DCII tetapi diperdagangkan dengan mekanisme full call auction (FCA). Pada hari pertama FCA, DCII menutup perdagangan dengan kenaikan 10%.
Selain DCII, saham-saham Prajogo Pangestu juga menjadi pemberat IHSG hari ini. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menyumbang 6,83 indeks poin terhadap koreksi IHSG, CDIA -4,11 indeks poin, dan CUAN -2,88 indeks poin.
Adapun saham yang berkontribusi positif terbesar kepada IHSG pada perdagangan kemarin adalah PT Amman Mineral International Tbk (AMMN). Saham emiten tambang Salim tersebut naik 16,17% dan menyumbang 42,29 indeks poin.
Sementara itu, bursa Asia-Pasifik mayoritas ditutup menguat. Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 0,65%, sedangkan Topix naik 0,72%. Di Korea Selatan, Kospi naik 0,92%, dan Kosdaq naik 0,29%.
Hang Seng Indeks di Hong Kong naik 0,69% ke level 25.081, sementara S&P/ASX 200 di Australia turun 0,14%.
Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (7/8/2025) ditutup menguat 0,43% di level Rp16.285/US$1. Penguatan tersebut menjadi penguatan rupiah selama 4 hari beruntun terhadap dolar AS.
Penguatan rupiah pada perdagangan kemarin didorong oleh pelemahan indeks dolar AS. Pada perdagangan kemarin Rabu (6/8/2025), DXY tercatat turun 0,61% dan tren pelemahan tersebut masih berlanjut.
Melemahnya greenback menjadi angin segar bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah yang selama ini dikenal sangat sensitif terhadap pergerakan dolar AS.
Pelemahan dolar AS terjadi karena meningkatnya ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga acuan. Ekspektasi ini muncul setelah rilis data tenaga kerja dan Purchasing Managers' Index (PMI) AS yang berada di bawah ekspektasi pasar.
Saat ini, pelaku pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin mencapai 95% pada pertemuan FOMC 16-17 September 2025, dan sebesar 68% pada pertemuan berikutnya yang dijadwalkan pada 28-29 Oktober 2025.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) baru saja merilis data yang menunjukkan posisi cadangan devisa Indonesia tetap tinggi pada akhir Juli 2025, yakni sebesar US$152,0 miliar. Meskipun sedikit menurun dibandingkan posisi akhir Juni 2025 yang sebesar US$152,6 miliar, angka tersebut tetap mencerminkan ketahanan eksternal Indonesia yang kuat.
Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Kamis (7/8/2025) imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun melemah ke 6,443%. Sebagai informasi, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan SBN.
Pages