Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Prabowo Subianto menjawab perihal mahalnya biaya ekonomi di Indonesia dan masalah kemiskinan. Ia ingin mendorong pengusaha melakukan investasi supaya bisa memberdayakan masyarakat rentan.
Salah satu hal yang ia pastikan kepada pengusaha adalah permintaan dalam negeri yang dipastikan besar.
"Kita harus sadar bahwa domestik market kita sangat besar, jadi dengan strategi ekonomi kita, kita akan memberdayakan. (Masyarakat) yang paling bawah itu, yang paling ekstrim, yang rentan dan aspiring," kata Prabowo, dalam Sarasehan Ekonomi, di Menara Mandiri, dikutip Kamis (10/4/2025).
"Kita ingin memberdayakan mereka dengan kita investasi besar-besaran dari kekuatan ekonomi kita," sambung Prabowo.
Ia mencontohkan investasi di industri sepatu. Setidaknya jumlah anak sekolah saat ini mencapai 44 juta. Jika ia menginstruksikan perlu satu sepatu pramuka dan satu sepatu olah raga, dan satu untuk sekolah itu akan menciptakan permintaan yang besar.
"Apalagi kalau saya nanti kasih instruksi harus ada sebagian pramuka, dua setel untuk setiap anak dan sebagainya. Jadi jangan khawatir kita sadar pentingnya industri padat karya kita sangat sadar itu," katanya.
Ia meyakinkan kepada pengusaha yang hadir penciptaan permintaan itu hanya persoalan manajemen.
"Tapi saya juga inginkan kita punya kekuatan domestik, kita punya pasar domestik yang besar, kita punya confidence. Sekarang tinggal manajemen dari kami, tapi terima kasih Ibu Sinta (Kamdani), benar-benar Indonesia Incorporated," kata Prabowo.
Sebelumnya, pengusaha mempertanyakan biaya ekonomi tinggi yang menjadi realitas saat ini kepada Presiden Prabowo Subianto. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani bicara mengenai regulasi dan biaya ekonomi yang terjadi di lapangan.
"Mengenai regulasi dan ekonomi biaya tinggi ini kenyataan yang terjadi di lapangan. Perizinan banyak masalah di lapangan. Solusi sudah ada tapi bertahun-tahun banyak yang belum bisa diperbaiki. Peran kami memberikan masukan apa yang sudah jalan dan yang belum berjalan jalan," kata Shinta.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa mengungkapkan Indonesia bakal menghadapi penurunan permintaan yang serius akibat penerapan tarif importasi baru Trump.
Selain itu menurutnya industri padat karya juga mampu memutus permasalahan kemiskinan di Indonesia. Melihat tingkat SDM dengan pendidikan rendah di Indonesia masih besar.
"Industri padat karya dapat putus siklus ini. Di berbagai negara terbukti. Kami dorong pemerintah dan industri untuk memanfaatkan potensi yang maksimal," kata Jemmy.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Terbukti Daya Beli Warga RI Melemah, Target Ekonomi 8% Aman?
Next Article Sri Mulyani Ungkap 3 Jurus Prabowo Kejar Ekonomi 8%