Benua Australia Bergerak Cepat, Potensi Tabrak RI?

7 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Australia tercatat sebagai benua dengan pergerakan tercepat di dunia. Benua itu berada di atas Lempeng Indo-Australia yang terus bergeser sekitar 7 sentimeter per tahun, hampir setara dengan kecepatan pertumbuhan rambut atau kuku manusia.

Angka ini jauh di atas rata-rata pergerakan daratan global yang hanya sekitar 1,5 sentimeter per tahun menurut Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA).

Pergerakan cepat ini membawa Australia terus melaju ke arah utara, mengikuti dinamika lempeng tektonik yang mencakup daratan Australia, Tasmania, sebagian Papua Nugini, Selandia Baru, hingga wilayah Samudra Hindia.

Dalam skenario jangka panjang-puluhan juta tahun dari sekarang, ilmuwan memperkirakan Lempeng Indo-Australia dapat bertabrakan dengan sisi bawah Lempeng Eurasia di kawasan Asia Tenggara dan China.

Tabrakan ini diprediksi berpotensi membentuk gugus benua baru yang dijuluki "Austrasia", demikian dikutip dari IFL Science, Rabu (10/12/2025).

Fenomena ini bukan sesuatu yang baru dalam sejarah geologi. Sekitar 200 juta tahun lalu, Australia masih menjadi bagian dari superbenua Gondwana bersama Afrika, Antarktika, dan Amerika Selatan. Sementara Laurasia, yang mencakup Eropa, Asia, dan Amerika Utara, berada di belahan Bumi utara. Sejak saat itu, benua-benua terus bergerak, terpecah, dan bergeser hingga mencapai bentuk yang kita kenal saat ini.

Meskipun tidak terasa dalam kehidupan sehari-hari, permukaan Bumi tidak pernah benar-benar stabil. Lempeng tektonik terus bergerak, saling bertabrakan atau saling menjauh. Para ilmuwan menggambarkan Bumi lebih mirip jalan retak di atas ban berjalan yang bergerak sangat lambat. Retakan dapat melebar atau menyempit, sementara keseluruhan permukaan selalu berubah.

Kecepatan pergeseran ini mungkin sangat lambat menurut ukuran manusia, tetapi cukup signifikan untuk mengganggu teknologi modern.

Sistem navigasi seperti GPS milik AS, GLONASS milik Rusia, Galileo milik Uni Eropa, hingga BeiDou milik China bekerja dengan memetakan lokasi berdasarkan titik koordinat yang dianggap tetap. Masalahnya, sementara satelit mengacu pada sistem koordinat statis, daratan tempat kita berpijak terus bergerak sedikit demi sedikit.

Akibatnya, dalam jangka waktu yang panjang, terjadi kesenjangan antara posisi pada peta digital dan posisi di dunia nyata.

Hal inilah yang dialami Australia. Hingga 2017, negara itu masih menggunakan sistem koordinat yang ditetapkan pada 1994. Selama 23 tahun, benua Australia bergeser cukup jauh sehingga koordinatnya meleset hingga 1,6 meter.

Pemerintah kemudian melakukan pembaruan besar pada sistem geolokasinya. Secara administratif, Australia "dipindahkan" 1,8 meter ke arah timur laut untuk kembali menyelaraskan peta digital dengan posisi fisik benuanya.

(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |