Jakarta, CNBC Indonesia - Israel disebut-sebut telah meluncurkan aksi untuk membunuh Presiden Iran, Masoud Pezeshkian. Hal ini terjadi saat hubungan kedua negara itu berada dalam titik eskalasi yang panas.
Dalam sebuah pernyataan, Senin (7/7/2025), Pezeshkian mengatakan kepada tokoh media Amerika Serikat (AS), Tucker Carlson, bahwa Israel mencoba membunuhnya dengan membombardir daerah tempat ia mengadakan pertemuan. Namun, ia tidak menjelaskan pertemuan yang dimaksud.
"Ya, mereka memang mencoba. Mereka bertindak sesuai dengan itu, tetapi mereka gagal," ujar Pezeshkian dalam wawancara yang dikutip Guardian itu.
"Bukan AS yang berada di balik upaya pembunuhan terhadap saya. Itu adalah Israel. Saya sedang dalam sebuah pertemuan, mereka mencoba membombardir daerah tempat kami mengadakan pertemuan itu."
Langkah untuk membunuh Pezeshkian, yang terpilih musim panas lalu, akan menjadi langkah yang berbeda secara kualitatif oleh Israel dan menggarisbawahi sejauh mana Israel tidak hanya berusaha untuk melemahkan kepemimpinan militer Iran dan kader ilmuwan nuklir, tetapi juga untuk menghancurkan kepemimpinan politik.
Israel mengklaim telah membunuh lebih dari 30 pejabat keamanan senior dan 11 ilmuwan nuklir senior untuk memberikan pukulan telak bagi ambisi nuklir Iran selama perang 12 hari. Dikatakan bahwa Iran, bersama AS, telah menghancurkan tiga lokasi nuklir utama.
Pezeshkian dan Menteri Luar Negeri, Abbas Araghchi, tidak menunjukkan sedikit pun pengekangan untuk tampil di depan umum, menghadiri pemakaman di Iran, serta bepergian ke luar negeri. Ia menegaskan slogan kampanye presidennya adalah menciptakan persatuan nasional internal dan memupuk persahabatan dengan negara-negara tetangga Iran.
"Kami tidak memulai perang ini dan kami tidak ingin perang ini berlanjut dengan cara apa pun," tambahnya.
Lebih lanjut, selama wawancara dengan Carlson, Pezeshkian mengatakan negaranya "tidak memiliki masalah" untuk memulai kembali perundingan nuklir, asalkan kepercayaan dapat dibangun kembali dengan AS.
"Kami tidak melihat masalah dalam memasuki kembali perundingan," tandasnya.
(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Ancam Iran: Lebih Banyak Kematian Brutal Menanti, Jangan Telat!