Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mencermati risiko fenomena La Nina hingga Maret 2026, yang diperkirakan dapat memengaruhi produksi pertanian dan menekan pasokan sejumlah komoditas pangan. Ancaman ini dapat menimbulkan momok melonjaknya inflasi Tanah Air.
Sementara itu, pada periode tersebut akan menjadi puncak inflasi karena adanya Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada 19-20 Maret 2026.
"Langkah antisipatif dilakukan melalui perluasan pembiayaan produktif bagi petani dan pelaku usaha pangan, optimalisasi program kredit termasuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian, serta perluasan Kerja sama Antar Daerah (KAD) untuk memastikan pasokan dari wilayah surplus mengalir lancar ke wilayah defisit," papar Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Ferry Irawan dalam Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah (Rakorpusda) Pengendalian Inflasi 2025, di Jakarta, dikutip Rabu (10/12/2025).
Dia pun menekankan BUMN Logistik juga terus dioptimalkan guna memperkuat efisiensi rantai pasok dan menjaga stabilitas harga di tingkat nasional.
Adapun, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani menjelaskan bahwa fenomena La Nina lemah saat ini tengah berlangsung dan diprediksi bertahan hingga Maret 2026. Namun, dampaknya terhadap peningkatan curah hujan dinilai tidak terlalu signifikan saat puncak musim hujan nanti.
"La Nina lemah akan bertahan hingga awal tahun 2026, namun pada puncak musim hujan dampaknya terhadap penambahan curah hujan tidak terlalu signifikan. Meski begitu, curah hujan tinggi pada periode tersebut tetap perlu diwaspadai," ujarnya.
La Nina adalah fenomena iklim global yang ditandai dengan penurunan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Fenomena ini bagi Indonesia meningkatkan curah hujan.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]

2 hours ago
2

















































