- Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam, IHSG menguat tetapi rupiah melemah
- Wall Street berakhir mengecewakan setelah The Fed menurunkan proyeksi pemangkasan di Desember
- Keputusan The Fed dan pertemuan Trump vs Jinping akan menjadi penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham akhirnya kembali pulih usai kejatuhan selama dua hari beruntun. Sayangnya penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak diiringi dengan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pasar saham diperkirakan akan melanjutkan penguatannya pada perdagangan hari ini mengingat terdapat kabar dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed). Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
Pada perdagangan Rabu (29/10/2025), IHSG ditutup melemah 0,91% di level 8.166,23. Penutupan ini berhasil mendorong IHSG kembali ke level psikologis US$8.100 dan mematahkan tren penurunan IHSG selama dua hari beruntun.
Sebanyak 355 saham naik, 316 turun, dan 140 tidak bergerak.
Nilai transaksi mencapai Rp 22,75 triliun, melibatkan 28,37 miliar saham dalam 2,24 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun terkerek menjadi Rp 14.940 triliun.
IHSG berbalik arah seiring dengan meningkatnya saham bank-bank BUMN. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 3,93%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 1,04%, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) 3,10%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) 1,60%, dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) 1,56%.
Mengutip Refinitiv, finansial menjadi sektor yang naik paling kencang dengan penguatan 1,56%. Kemudian diikuti oleh bahan baku 3,44% dan cyclical 1,54%.
IHSG sempat terguncang hebat pada awal pekan ini. Indeks sempat turun lebih dari 3,5% dan memangkas koreksi pada akhir perdagangan menjadi 1,87%.
Pada perdagangan sebelumnya, indeks masih berkutat di zona merah dan tidak kuat mempertahankan level 8.100.
Menjelang keputusan suku bunga bank sentral yang diperkirakan akan terjadi pemangkasan, diharapkan mampu mendorong pasar saham Tanah Air. Apalagi Menteri Keuangan Republik Indonesia Purbaya Yudhi Sadewa juga optimis IHSG akan menembus 9.000 hingga akhir tahun.
Purbaya mengungkapkan bahwa para pelaku pasar akan menganalisa perkataan serta kebijakan yang diambil dirinya, dan hal tersebut akan terlihat dan diimplementasikan dalam bentuk posisi pelaku pasar di portofolio yang mereka miliki.
"Makanya indeks bisa naik ke atas. Kalau ditanya ke Saya (IHSG) bagaimana? To the moon saya bilang," ungkap Purbaya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Dirinya bahkan memprediksi IHSG dapat tembus 32.000 dalam sepuluh tahun ke depan.
"Orang bilang saya bohong ngomong sembarangan tapi itu berdasarkan dari pengalaman 20-30 tahun terakhir," ujar Purbaya.
Dirinya menjelaskan pada mula awal siklus bisnis sampai ke akhir siklus bisnis, indeks dapat tumbuh empat hingga lima kali dan mengaku siklus tersebut akan terjadi berulang terus. Purbaya percaya behavioral system tidak berubah sehingga angka tersebut dapat tercapai.
Beralih ke rupiah, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rab (29/10/2025) melemah ke posisi Rp16.610/US$1 atau terdepresiasi 0,06%.
Pelemahan rupiah pada perdagangan kemarin terjadi seiring dengan kondisi pasar global yang tengah menanti hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed yang akan dirilis Kamis (30/10/2025) dini hari waktu Indonesia.
Pasar memperkirakan The Fed hampir pasti akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran 3,75% - 4,00%, menandai penurunan kedua sepanjang tahun ini.
Ekspektasi tersebut didorong oleh melambatnya pasar tenaga kerja dan turunnya inflasi AS ke level 3,0% pada September, di bawah konsensus 3,1%.
Keputusan ini diharapkan dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat di tengah tekanan global dan penutupan sebagian aktivitas pemerintahan (government shutdown) yang berkepanjangan.
Penguatan DXY pada perdagangan kemarin juga turut menjadi faktor pembatas bagi rupiah.
Indeks dolar AS kembali bangkit dari posisi terendah dalam sepekan setelah muncul tanda-tanda bahwa Amerika Serikat dan China berada di jalur untuk menandatangani kesepakatan dagang baru.
Menurut Bart Wakabayashi, Manajer Cabang State Street Tokyo, penguatan dolar saat ini juga merupakan bentuk "relief rally" setelah tekanan jual berkepanjangan.
"Dolar telah dijual cukup dalam dalam beberapa waktu terakhir, dan wajar bila pasar mulai melakukan rebound yang mungkin bersifat reaktif," ujarnya dikutip dari Reuters.
Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Rabu (29/10/2025) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun naik 0,18% di level 5,9309%. Sebagai informasi, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Begitu pun sebaliknya, imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).
Pages

3 hours ago
2

















































