Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
22 December 2025 11:27
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali melanjutkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan ini, Senin (22/12/2025). Meskipun, sepanjang pekan lalu asing tercatat masuk ke pasar keuangan Tanah Air.
Mengacu pada data Refinitiv, hingga pukul 11.20 WIB, rupiah tercatat melemah 0,24% dan berada di level Rp16.775/US$. Posisi saat ini semakin mendekatkan rupiah pada level psikologis baru di Rp16.800/US$.
Apabila hingga penutupan perdagangan rupiah tidak mengalami perbaikan atau masih melanjutkan pelemahan, maka posisi tersebut berpotensi menjadi level terlemah sejak 29 April 2025, sekaligus menandai pelemahan terdalam dalam hampir delapan bulan terakhir.
Sebagai catatan, pada periode tersebut tekanan terhadap rupiah dipicu oleh faktor eksternal, khususnya kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang memicu gejolak di pasar keuangan global dan turut berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah.
Pelemahan rupiah sejatinya sudah berlangsung sejak pekan lalu. Secara kumulatif sepekan, rupiah terdepresiasi 0,60% terhadap dolar AS dan ditutup di level Rp16.735/US$, sekaligus menembus level psikologis Rp16.700.
Padahal, berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI) untuk periode 15-18 Desember 2025, pasar keuangan Tanah Air justru mencatatkan beli neto (net buy) investor asing sebesar Rp240 miliar.
Masuknya dana asing tersebut terutama terjadi di pasar saham, dengan nilai beli bersih sekitar Rp600 miliar, serta di instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang juga mencatatkan net buy sebesar Rp260 miliar.
Di sisi lain, investor asing tercatat keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) dengan net sell sekitar Rp620 miliar.
Meski demikian, arus masuk dana asing tersebut belum mampu menahan laju pelemahan rupiah. Fenomena ini menunjukkan bahwa pergerakan nilai tukar tidak semata-mata ditentukan oleh aliran modal portofolio, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti permintaan dolar domestik, kebutuhan pembayaran akhir tahun, serta dinamika dolar AS di pasar global.
Dalam laporan yang sama, BI juga mencatat bahwa hingga 18 Desember 2025, secara kumulatif sepanjang tahun ini investor asing masih membukukan jual bersih sebesar Rp25,04 triliun di pasar saham, Rp2 triliun di pasar SBN, serta Rp112,39 triliun di SRBI.
Rupiah Melemah Hingga Diproyeksikan Tembus Rp17.000
Tekanan terhadap nilai tukar rupiah diperkirakan belum mereda ke depan. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memproyeksikan pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akan berada di kisaran Rp16.678-Rp17.098/US$ pada 2026, membuka peluang rupiah menembus level psikologis Rp17.000.
Proyeksi tersebut lebih lemah dibandingkan dengan estimasi BRIN untuk akhir 2025, yang sebelumnya berada di rentang Rp16.150-Rp16.683/US$.
"Kami perkirakan di 2025 ada di angka Rp 16.150-16.683, sedangkan 2026 di level Rp 16.678-17.098," ucap Peneliti Pusat Riset Ekonomi Makro dan Keuangan BRIN Pihri Buhaerah dalam Economic Outlook 2026, dikutip Senin (22/12/2025).
Menurut BRIN, pelemahan rupiah ke depan didorong oleh tingginya ketidakpastian global, terutama konflik geopolitik yang tak kunjung mereda dan berpotensi membuat volatilitas pasar keuangan tetap tinggi.
Selain itu, rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang diperkirakan mendekati 40% pada tahun depan dinilai dapat memperburuk persepsi investor global.
"Konflik ke depan, geopolitik makin tinggi, kemudian rasio utang kita dekati 40% dari GDP, kami melihat ada potensi capital outflow dan volatilitas nilai tukar rupiah, sehingga terdepresiasi ada kemungkinan masih terjadi," tegas Pihri.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)

3 hours ago
4

















































