Asia Ugal-ugalan Tendang Dolar: RI Hebat, Taiwan Terkuat 37 Tahun

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Asia menunjukkan tajinya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) akibat pelemahan Greenback belakangan ini.

Dilansir dari The Japan Times, sejumlah mata uang Asia menguat tajam karena pelemahan dolar AS, mendorong intervensi dari bank-bank sentral seperti Hong Kong dan Taiwan untuk menstabilkan nilai tukar.

Otoritas Moneter Hong Kong mencatat intervensi terbesar sepanjang sejarah untuk mempertahankan patokan mata uang terhadap dolar AS, sementara dolar Taiwan menguat 3% atau tertinggi sejak 1988.

Otoritas Moneter Hong Kong pada Jumat pekan lalu menjual jumlah dolar lokal dalam rekor tertinggi untuk mencegah penguatan mata uang tersebut dan mempertahankan patokan kurs yang telah bertahan selama 42 tahun terhadap dolar AS. Bank sentral Taiwan juga ikut campur tangan karena mata uangnya melonjak paling tinggi sejak 1988 atau 37 tahun terakhir.

Volatilitas ini mencerminkan bagaimana pelepasan besar-besaran dari mata uang cadangan dunia bisa menggetarkan pasar keuangan, seiring kekhawatiran resesi di AS akibat kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump yang berubah-ubah.

Pekan lalu, para spekulan menjadi paling pesimistis terhadap dolar sejak September, mencerminkan keengganan investor untuk mempertahankan aset berdenominasi AS.

Mata uang Asia seperti yen dan yuan mendapatkan keuntungan dari arus repatriasi serta menjadi alternatif investasi di tengah gelombang "jual aset Amerika." Strategi ini tetap berlanjut meskipun baik Beijing maupun Washington menunjukkan tanda-tanda meredakan ketegangan dagang, dengan pihak China menyatakan sedang mengevaluasi kemungkinan pembicaraan dengan AS.

Dengan menguatnya mata uang Asia termasuk negara berkembang, hal ini bisa menarik arus modal asing dan menurunkan biaya impor, tetapi bisa merugikan eksportir karena membuat produk mereka kurang kompetitif secara global.

Dolar Taiwan memimpin penguatan di Asia pada Jumat dengan lonjakan 3%, karena investor asing membanjiri pasar saham domestik seiring keyakinan bahwa permintaan perusahaan AS terhadap semikonduktor dari Taiwan akan tetap kuat. Penguatan mata uang ini makin cepat karena eksportir lokal menjual dolar dalam jumlah besar, berharap tren pelemahan dolar berlanjut.

Sebagai catatan, dolar Taiwan mengalami apresiasi secara signifikan pada 2 dan 5 Mei 2025 yang masing-masing sebesar 4,37% dan 5,03%.

Seperti eksportir Taiwan, eksportir China juga mulai meninggalkan dolar dan surat utang AS sebagai aset aman. Mereka kini beralih menyimpan yuan.

"Dengan tekanan pada dolar dan risiko suku bunga turun karena meningkatnya kemungkinan resesi di AS, risiko dan imbal hasil menyimpan dolar jadi sangat berbeda bagi eksportir Asia," tulis analis Goldman Sachs yang dipimpin Kamakshya Trivedi. Mata uang seperti yuan, dolar Taiwan, dan ringgit Malaysia diperkirakan akan terus menguat.

Mata Uang Asia Hantam Dolar AS

Keperkasaan dolar AS selama sekitar satu bulan terakhir tidak terlihat sama sekali. Mayoritas mata uang Asia tercatat mengalami apresiasi yang signifikan dalam satu bulan terakhir.

Berdasarkan data dari Refinitiv, sejak 1 April hingga 5 Mei 2025, dolar Taiwan menjadi yang paling juara dengan kenaikan 12,21%, kemudian diikuti oleh ringgit Malaysia yang menanjak 5,41%, begitu pula dengan yen Jepang dan baht Thailand yang masing-masing naik 3,95% dan 3,69%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |