Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kementerian Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono mengakui, industri kelautan dan perikanan Indonesia masih kalah dari sejumlah negara di kawasan Asia, Vietnam hingga Jepang. Padahal, potensi Indonesia di sektor tersebut sangat besar.
Trenggono memaparkan, Indonesia memiliki kemampuan produksi produk perikanan hasil tangkapan sebanyak 7,5 juta ton dalam setahun. Bahkan, Indonesia juga mampu menghasilkan produk perikanan dari proses budidaya sebanyak 5,5 juta ton per tahun, sehingga total produksi ikan bisa mencapai sekitar 13 juta ton per tahun. Selain itu, Indonesia dapat memproduksi 10 juta ton rumput laut di tiap tahun.
Dengan jumlah produksi sebanyak itu, kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional masih di level 2,59%. Kontribusi yang rendah ini cukup dipengaruhi oleh kinerja ekspor produk perikanan nasional yang rata-rata hanya US$ 5,5 miliar dalam setahun. Ekspor tersebut ditopang oleh beberapa komoditas andalan seperti udang, rumput laut, tuna cakalang, sotong, dan gurita.
Hanya saja, imbuh dia, Indonesia masih kalah dalam persaingan di pasar perikanan dunia. Saat ini, pasar makanan laut (seafood) global bernilai hingga US$ 414 miliar, di mana Norwegia menjadi salah satu pemimpin utama di sektor tersebut.
"Ketika saya baca riset, berapa sih market size dunia di sektor seafood? Itu 414 billion US dollar. Lalu kemudian kalau diidentifikasi siapa saja yang kuat di situ, Norway salah satu, itu melalui salmonnya," ujar dia dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Trenggono pun mengaku pernah berjumpa dengan pengusaha perikanan yang terbesar di Brazil. Dari situ, ia menemukan fakta, belum ada satu pun perusahaan perikanan di Indonesia yang memiliki valuasi lebih dari US$ 1 miliar. Hal ini menandakan Indonesia masih tertinggal di sektor tersebut. Bahkan, Indonesia kalah dibandingkan dengan Thailand yang memiliki perusahaan perikanan bervaluasi sekitar US$ 5 miliar.
Trenggono pernah menyempatkan diri ke Norwegia untuk mempelajari industri kelautan dan perikanan serta hal-hal berkaitan lainnya. Ternyata, kunci kesuksesan di sektor ini bergantung pada kemampuan seluruh pelaku usaha maupun stakeholder terkait dalam mengembangkan budidaya perikanan.
Kemampuan budidaya yang andal bisa terlihat dari cara identifikasi jenis ikan mulai dari kecil hingga bisa dikonsumsi secara aman dan sehat oleh manusia, termasuk identifikasi terhadap kandungan yang ada di dalam ikan tersebut. Dari aspek budidaya perikanan, Indonesia disebut juga kalah dibandingkan Vietnam maupun Jepang. Padahal sumber daya yang dimiliki Indonesia lebih banyak dibandingkan kedua negara tadi.
"Vietnam itu budidaya 25 juta ton, sementara tangkapan lautnya cuma 3 juta. Lalu kemudian yang lebih aneh lagi, di timur tengah ekspornya Vietnam itu mendominasi sementara di Indonesia 0," kata dia.
Meski demikian, lanjut dia, KKP senantiasa berkomitmen untuk melakukan pengembangan perikanan budidaya, baik itu budidaya laut, budidaya pesisir, maupun budidaya darat yang berkelanjutan. Hal ini yang sebenarnya mesti menjadi kompetensi inti bagi Indonesia ke depan.
Jika dalam 10 atau 15 tahun mendatang Indonesia mampu meningkatkan kemampuan budidaya perikanan, seharusnya ini menjadi modal penting dalam memaksimalkan potensi ekonomi biru yang sangat besar.
Kemampuan budidaya yang meningkat juga akan membuat Indonesia bersaing secara kompetitif dengan negara lainnya, termasuk dengan Vietnam dan Jepang.
"Karena kita laut luas gitu, Jepang....kalah kita dengan Jepang, dan seterusnya," imbuh dia.
Foto: Trenggono Bahas Ekonomi Biru Wujudkan Kedaulatan Pangan Bareng 100 Ekonom (CNBC Indonesia TV)
Trenggono Bahas Ekonomi Biru Wujudkan Kedaulatan Pangan Bareng 100 Ekonom (CNBC Indonesia TV)
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Menteri Trenggono Beberkan Capaian Perikanan RI di Hadapan DPR

3 hours ago
2

















































