Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penurunan paling signifikan dalam dua bulan terakhir. Bila dibandingkan dengan bursa di negara lain, posisi IHSG berada di kedua terburuk setelah Thailand.
Usai ambruk sehari sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat kencang pada perdagangan kemarin. Indeks ditutup naik 2,37% ke level 6.531,40 pada perdagangan Rabu (5/3).
Nilai transaksi mencapai Rp 13,32 triliun yang melibatkan 21,70 miliar saham dalam 1,03 juta kali transaksi. Sebanyak 438 saham naik, 195 turun, dan 322 tidak stagnan.
Namun demikian, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih yakni sekitar Rp78,34 miliar seluruh pasar dan sebesar Rp197,00 miliar di pasar negosiasi dan tunai. Di samping itu, mereka melakukan pembelian bersih sebesar Rp118,66 miliar.
Bursa Efek Indonesia (BEI) pun buka suara mengenai anjloknya kinerja IHSG. Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan hal tersebut tidak terlepas dari faktor global.
Dia memaparkan bahwa pada 3 Februari, asing terpantau mulai melakukan net sell. Pada saat yang bersamaan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald J. Trump meneken perintah eksekutif penetapan tarif impor baru kepada Kanada, Meksiko, dan Tiongkok. Pada hari itu juga, indeks sempat ambruk hingga 2,54% yang terendah.
Kemudian pada tanggal 6 Februari, Tiongkok "membalas" AS dan bank sentral AS Federal Reserve, memberi sinyal kebijakan suku bunga tinggi untuk beberapa waktu alias higher for longer. Pada hari itu juga net sell asing tembus lebih dari Rp2 triliun.
Kemudian penjualan saham oleh investor asing terus berlanjut seiring dengan adanya serangkaian faktor dari global, antara lain, pengumuman kocok ulang alias rebalancing.
MSCI Indonesia Investable Market Index pada 7 Februari, di mana ada sejumlah emiten unggulan tidak termasuk. Dampak itu menekan pergerakan IHSG hingga 3,29%, dan lanjut lagi hingga 2,38% pada 10 Februari.
Kondisi diperparah kemudian pada tanggal 11 Februari Trump menaikkan tarif atas produk aluminum dan baja. Investor asing sempat melakukan pembelian bersih sekitar Rp1 triliun pada tanggal 14 Februari, dan berlanjut keluar dalam jumlah ratusan miliar rupiah setelahnya.
Namun, pada tanggal 24 Februari, investor asing mencatatkan penjualan bersih hingga mendekati Rp 4 triliun. Keesokan harinya, Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW). Tanggal 25, IHSG turun hingga 2,52% pada titik terendahnya dan pada tanggal itu juga pemberlakuan efektif kebijakan tarif Trump.
Pada tanggal 27 Februari, dampak dari penurunan peringkat oleh Morgan Stanley berlanjut dan Trump memberi ancaman tarif sebesar 25% kepada Uni Eropa. Pada hari itu investor asing net sell hingga lebih dari Rp1 triliun.
Selanjutnya, pada 28 Februari, asing melego Rp2,91 triliun. Bersamaan dengan itu, pemerintah AS mengumumkan periode efektif tarif dagang baru untuk Meksiko dan Kanada, serta kenaikan tarif bagi barang impor Tiongkok.
(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Boy Thohir Dukung Aturan Buyback Saham Tanpa RUPS
Next Article Menguat! Potret Bursa Saham di Hari Pertama Prabowo-Gibran