Studi: Diet Khusus Bisa Bantu Pengobatan Kanker Otak Glioblastoma

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Perubahan pola makan atau diet tertentu dapat membantu perawatan kanker otak glioblastoma. Para peneliti di balik penelitian ini berpendapat bahwa perubahan pola makan ini mengeksploitasi kerentanan metabolik utama pada kanker. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pendekatan ini memperpanjang kelangsungan hidup pada tikus ketika digunakan bersamaan dengan terapi kemoradiasi.

Penelitian yang diterbitkan pada jurnal Nature ini menunjukkan bahwa pemahaman yang lebih mendalam bagaimana sel tumor mengubah metabolisme mereka dalam mengejar pertumbuhan maksimal dapat membuka peluang pengobatan untuk kanker otak yang terkenal mematikan tersebut.

"Sel-sel sehat di otak membutuhkan bahan bakar untuk mempertahankan beragam fungsinya, seperti pensinyalan listrik dan pelepasan pembawa pesan kimiawi. Sel kanker menghentikan proses normal ini saat mereka membentuk kembali jaringan untuk menjadi sel pembelah profesional," kata rekan penulis studi Costas Lyssiotis, seorang profesor onkologi di Universitas Michigan.

Perubahan-perubahan ini sangat menarik bagi para peneliti kanker karena memungkinkan terapi untuk membedakan antara sel sehat dan tumor, sehingga lebih terarah.

"Seni sesungguhnya dalam memberikan terapi adalah membuatnya sedemikian rupa sehingga Anda membunuh kanker jauh lebih banyak daripada sel normal," ujar Lyssiotis kepada Live Science.

Menggunakan metabolisme tumor untuk melawan kanker
Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Dan Wahl, ahli onkologi dari University of Michigan. Timnya meneliti bagaimana sel glioblastoma mengubah metabolisme mereka, baik pada otak manusia maupun hewan.

Studi ini secara ambisius menggabungkan penelitian laboratorium dan praktik klinis dengan mengambil sebagian datanya dari jaringan otak pasien yang menjalani operasi kanker. Studi ini membutuhkan kolaborasi para ahli di bidang bedah otak manusia dan hewan pengerat, jalur metabolisme, dan analisis molekuler.

Protokol dimulai beberapa jam sebelum operasi. Para pasien menerima infus glukosa, yang diberi label agar dapat dideteksi oleh teknik analisis molekuler. Glukosa mengalir melalui aliran darah mereka dan masuk ke dalam sel-sel sehat maupun sel-sel tumor.

Pendekatan umum untuk operasi glioblastoma adalah mengangkat tumor dan sebagian jaringan otak di sekitarnya untuk meminimalkan risiko kanker tumbuh kembali dengan cepat.

Tim mengambil sampel darah setiap 30 menit selama operasi, kemudian membekukan tumor yang telah diangkat dan jaringan sehat untuk dianalisis. Sel-sel yang diekstraksi ini telah memetabolisme glukosa, dan para peneliti melacak jalur molekul tersebut melalui sel. Bersamaan dengan percobaan pada tikus, para peneliti memperoleh gambaran yang jelas tentang apa yang dilakukan sel tumor secara berbeda saat mereka melahap gula.

Hasilnya, sel kanker tidak hanya memproduksi nukleotida dari glukosa, tetapi juga "mencuri" serine dari jaringan sekitarnya untuk mendukung pertumbuhan mereka.
Sel-sel sehat memetabolisme glukosa untuk proses sel seperti respirasi, di mana gula dan oksigen diubah menjadi bahan bakar bagi sel. Sel-sel ini juga mengubah glukosa menjadi asam amino yang disebut serin, bahan kunci untuk molekul neurotransmiter penting.

Sebaliknya, sel-sel tumor mengesampingkan proses-proses ini. Sebaliknya, sel-sel kanker mengarahkan glukosa untuk menghasilkan nukleotida atau blok pembangun DNA. Molekul-molekul ini merupakan sumber bahan bakar vital bagi replikasi sel tumor yang tak berujung.

Serine dikurangi maka kanker semakin lemah
Tim peneliti menempatkan tikus yang telah ditransplantasi dengan sel kanker manusia pada rejimen makan yang secara drastis mengurangi serin dalam makanan mereka. Lyssiotis menyarankan bahwa hal ini berpotensi direplikasi pada pasien kanker manusia dengan diet rendah protein yang dilengkapi dengan protein shake bebas serin.

Karena hal ini mengurangi jumlah serine yang tersedia untuk sel tumor, hal ini memaksa kanker untuk mengalihkan metabolisme glukosanya kembali ke produksi serin. Pada gilirannya, hal ini memangkas sintesis nukleotida mereka dan membuat sel lebih rentan terhadap kemoradiasi. Tikus yang diberi kombinasi pengobatan ini hidup lebih lama daripada tikus yang hanya diberi kemoradiasi.

Lyssiotis menjelaskan bahwa kerentanan ini kemungkinan akan berhasil untuk waktu yang terbatas, karena sel glioblastoma dapat dengan cekatan beradaptasi dengan metabolisme mereka. Selain itu, beberapa sel tumor tampaknya kurang bergantung pada serin yang ditimbun dibandingkan yang lain.

Wahl sudah mulai mengerjakan studi klinis lanjutan untuk mendukung hasil ini pada tikus dengan data dari pasien kanker manusia.

"Kami berharap dapat menerapkannya kepada pasien kami akhir tahun ini atau awal tahun depan," ujarnya. "Menjalani perawatan kanker itu sulit. Kami meminta pasien untuk menjalani radiasi setiap hari, menjalani kemoterapi. Saya pikir meminta pasien untuk juga mengikuti diet yang ditentukan bisa jadi sulit," tambahnya.

Namun, studi terbaru ini telah memberikan informasi berharga yang akan menjadi dasar bagi penelitian klinis di masa mendatang.

Lyssiotis mencatat bahwa analisis metabolik perintis dalam makalah ini telah mengidentifikasi perubahan pola makan tambahan yang dapat dieksplorasi dalam penelitian mendatang. Modifikasi serine adalah yang paling mudah diterapkan untuk saat ini.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
800hoki download slot games 2000hoki download slot games
4000hoki download slot games 6000hoki download slot games
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |