Raksasa Kendaraan Listrik Ajukan Bangkrut, Kena Skandal-Keuangan Jebol

3 weeks ago 15

Jakarta, CNBC Indonesia - Nasib tragis kembali menimpa industri kendaraan listrik. Nikola Corporation, salah satu pionir truk listrik di Amerika Serikat, mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 pada Rabu (19/2/2025) waktu setempat. Perusahaan yang berbasis di Phoenix, Arizona ini menyatakan akan menjual aset-asetnya dalam upaya menyelamatkan nilai perusahaan dan memastikan proses likuidasi yang tertata.

Langkah ini menandai akhir dari perjalanan penuh gejolak Nikola, yang sempat digadang-gadang akan merevolusi industri transportasi truk dengan teknologi listrik dan hidrogen. Namun, seperti banyak startup EV lainnya, Nikola tidak mampu bertahan dari kombinasi permintaan yang lemah, pembakaran kas yang cepat, dan kesulitan pendanaan.

"Seperti perusahaan lain di industri kendaraan listrik, kami menghadapi berbagai tantangan pasar dan faktor makroekonomi yang mempengaruhi kelangsungan operasional kami," ujar CEO Nikola, Steve Girsky, dalam pernyataannya, dilansir Reuters.

"Sayangnya, segala upaya terbaik kami belum cukup untuk mengatasi tantangan besar ini," tambahnya.

Nikola bukan satu-satunya perusahaan kendaraan listrik yang mengalami nasib buruk. Fisker, Proterra, dan Lordstown Motors-yang semuanya menjadi perusahaan publik selama pandemi dengan janji merevolusi industri otomotif-juga mengalami kebangkrutan dalam beberapa tahun terakhir.

Tingginya suku bunga dan melemahnya permintaan kendaraan listrik telah menyebabkan berkurangnya pendanaan bagi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan modal besar untuk operasional mereka.

Bahkan raksasa industri seperti Tesla pun mengalami penurunan penjualan tahunan pertamanya pada 2024, meskipun telah menawarkan berbagai insentif untuk menarik pembeli.

Nikola awalnya berfokus pada produksi truk semi-listrik berbasis baterai, sebelum beralih ke truk berbahan bakar hidrogen. Namun, meskipun meningkatkan produksi pada 2024, perusahaan masih mengalami kerugian besar pada setiap kendaraan yang dijual, karena operator armada masih ragu untuk berinvestasi dalam adopsi truk listrik di tengah biaya pinjaman yang tinggi.

Perusahaan mengonfirmasi bahwa mereka akan terus memberikan dukungan operasional bagi kendaraan yang sudah ada di lapangan serta mempertahankan beberapa fasilitas pengisian hidrogen hingga akhir Maret.

Namun, kebangkrutan ini memperlihatkan bahwa ambisi besar Nikola untuk mendominasi pasar truk listrik tidak cukup untuk mengatasi tantangan keuangan dan persaingan ketat.

Penuh Skandal

Adapun Keputusan Nikola untuk mengajukan Bab 11 datang setelah bertahun-tahun mengalami turbulensi keuangan dan hukum.

Saham Nikola anjlok 38% pada Rabu, membuat nilai pasar perusahaan turun di bawah US$50 juta-jauh dari puncaknya pada 2020, ketika perusahaan pernah bernilai sekitar US$27 miliar, bahkan melebihi Ford Motor saat itu.

Menurut Sarah Foss, kepala bidang hukum di firma analisis restrukturisasi Debtwire, kejatuhan Nikola adalah kombinasi dari banyak faktor: kompetisi yang semakin ketat, tantangan operasional, dan tingginya biaya industri kendaraan listrik.

Nikola juga mengalami beberapa pergantian kepemimpinan, tetapi tak satu pun mampu membawa perusahaan keluar dari jurang krisis.

Masalah utama Nikola dimulai pada 2020, tak lama setelah perusahaan melakukan merger dengan perusahaan cek kosong untuk menjadi perusahaan publik. Saat itu, Nikola mendapat sorotan setelah sebuah laporan dari Hindenburg Research menuduhnya melakukan penipuan.

Hindenburg menuduh Nikola telah melebih-lebihkan kemampuannya dalam pengembangan teknologi, bahkan menyebut bahwa salah satu video truk listrik Nikola yang terlihat bergerak di jalan sebenarnya hanyalah truk yang menggelinding di turunan tanpa daya sendiri.

Meskipun Nikola membantah tuduhan ini, skandal tersebut tetap merusak reputasi perusahaan.

Tak lama setelah itu, pendiri dan CEO Nikola saat itu, Trevor Milton, dinyatakan bersalah atas penipuan pada 2022. Ia kemudian dihukum empat tahun penjara pada 2023 atas dakwaan menipu investor dengan klaim palsu mengenai teknologi dan potensi produk Nikola.

Dari titik itu, kepercayaan investor terhadap Nikola makin menurun.

Selain menghadapi tantangan reputasi, Nikola juga kesulitan menjaga stabilitas keuangan.

Fasilitas produksinya di Coolidge, Arizona, memiliki kapasitas untuk memproduksi sekitar 2.400 truk per tahun dalam tiga shift. Namun, masalah utama Nikola adalah ketidakmampuannya untuk menghasilkan keuntungan dari penjualan kendaraan.

Kondisi ini membuat saham Nikola beberapa kali jatuh di bawah US$1 per lembar saham, memaksa perusahaan melakukan reverse stock split tahun lalu agar tetap memenuhi aturan pencatatan Nasdaq.

Pada akhirnya, tidak ada cukup uang atau investor yang bersedia menyelamatkan Nikola dari kebangkrutannya.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Nasib Impor BBM-Bauran Energi RI Saat Trump Pacu Produksi Migas AS

Next Article Semangat Asia Tenggara Dorong Kesuksesan Kendaraan Listrik VinFast

Read Entire Article
8000hoki online hokikilat online
1000hoki online 5000hoki online
7000hoki online 9000hoki online
Ekonomi Kota | Kalimantan | | |