Oleh : Heru Purnomo [ Mahasiswa dan Aktivis Asal Kalimantan Barat di Malang ]
TANGGAL 23 Oktober setiap tahunnya bukan sekadar hari biasa bagi masyarakat Kalimantan Barat.
Pada tanggal inilah, Kota Pontianak memperingati hari jadinya dan di tahun 2025 ini, Pontianak genap berusia 154 tahun.
Tema yang diusung, “Pontianak Bersahabat,” seolah menjadi refleksi mendalam akan cita-cita sebuah kota yang terus tumbuh, namun ingin tetap hangat dan ramah bagi warganya.
Pontianak hari ini bukanlah Pontianak yang dulu. Kota yang berdiri di garis khatulistiwa ini telah bertransformasi menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan Kalimantan Barat.
Dalam beberapa tahun terakhir, geliat pembangunan terlihat di berbagai sudut mulai dari penataan kawasan tepian sungai, perbaikan jalan, hingga pembangunan infrastruktur besar seperti duplikasi Jembatan Kapuas I.
Jembatan baru ini menelan anggaran hingga Rp 292–316 miliar dan menjadi salah satu proyek strategis yang diharapkan mampu mengurai kemacetan di kawasan vital kota.
Namun, di balik semangat pembangunan tersebut, isu kemacetan masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Beberapa ruas utama seperti Jalan Sultan Abdurrahman, Tanjungpura, Ahmad Yani, dan kawasan Jembatan Kapuas masih kerap padat pada jam-jam sibuk.
Data dari Polda Kalimantan Barat (Agustus 2025) menunjukkan bahwa jumlah kendaraan bermotor di Kalbar mencapai 3,4 juta unit, dan hampir 971 ribu di antaranya berada di Kota Pontianak.
Angka itu berarti hampir sepertiga kendaraan di seluruh provinsi beroperasi di kota yang luasnya tak sampai 110 kilometer persegi.
Kepadatan kendaraan yang tinggi inilah yang membuat infrastruktur baru seperti duplikasi Jembatan Kapuas I belum sepenuhnya mampu menjawab masalah mobilitas.
Walau proyek ini rampung hampir sempurna sejak awal 2024 dan telah diresmikan untuk umum, realitas di lapangan menunjukkan bahwa kemacetan masih sering terjadi di titik-titik penghubung menuju jembatan.
Permasalahannya bukan sekadar di jumlah kendaraan, tapi juga pada manajemen lalu lintas dan tata ruang kota yang perlu diperbarui agar lebih adaptif terhadap pertumbuhan populasi dan aktivitas ekonomi.
Upaya pemerintah untuk mengatur pergerakan kendaraan sebenarnya sudah dilakukan. Misalnya, sejak 2024 diterapkan pembatasan operasional kendaraan angkutan barang agar tidak melintas di jam sibuk di dalam kota.
Kebijakan ini memang berdampak positif dalam mengurangi beban di jalur utama, tetapi tetap perlu diimbangi dengan perencanaan jangka panjang yang mengutamakan efisiensi transportasi publik dan pemerataan pusat aktivitas ekonomi.
Karena sejatinya, membangun kota yang bersahabat tidak cukup hanya dengan menambah jalan atau jembatan tapi juga menciptakan sistem mobilitas yang adil dan terintegrasi.
Pontianak punya potensi besar untuk menjadi kota yang ramah sepeda, pejalan kaki, dan transportasi publik. Di banyak negara, kota bersahabat tidak diukur dari seberapa cepat kendaraan melaju, melainkan seberapa mudah masyarakatnya berpindah tempat dengan aman dan nyaman.
Artinya, pembangunan yang bersahabat adalah pembangunan yang menempatkan manusia, bukan kendaraan, sebagai pusat kebijakan.
Sebagai pemuda asal Kalimantan Barat, saya turut bangga melihat wajah kota yang semakin modern. Namun kebanggaan itu seharusnya diiringi kesadaran untuk terus mengawal arah pembangunannya.
Kita perlu memastikan bahwa pembangunan fisik sejalan dengan kualitas hidup sosial warganya. Kota yang benar-benar bersahabat adalah kota yang memberi ruang bagi masyarakat untuk hidup tenang, tidak terburu-buru oleh kemacetan, dan tidak kehilangan waktu produktif hanya karena terjebak di jalan.
Di momen ulang tahun ke-154 ini, saya ingin mengajak seluruh anak muda Kalimantan Barat di mana pun berada untuk ikut berperan aktif dalam mengawal pembangunan kota.
Jadilah generasi yang kritis, tetapi juga solutif. Kawal kebijakan publik, dorong inovasi transportasi, dan dukung upaya pemerintah dalam membangun tata ruang yang lebih hijau dan manusiawi.
Selamat Hari Jadi ke-154 untuk Kota Pontianak, kota di bawah garis khatulistiwa yang tak hanya menyimpan sejarah panjang, tetapi juga cita-cita besar menjadi kota yang benar-benar “bersahabat.” Semoga pembangunan yang berjalan hari ini mampu menghadirkan kenyamanan bagi seluruh warganya dari tepian Kapuas hingga sudut-sudut kecil gang kota.
Dan semoga, kami generasi muda Kalimantan Barat, dapat terus menjadi bagian dari perjalanan panjang itu: menjaga, mencintai, dan membangun kota dengan cara yang bersahabat bagi masa depan.

23 hours ago
1

















































